Blog Anda Sepi Komentar?

statistik komentar pembaca blog-website
BLOG Anda sepi atau minim komentar? Tidak ada satu pun pembaca yang berkomentar di blog Anda? Apa penyebabnya dan bagaimana mengatasinya?

Dalam ilmu komunikasi, komentar adalah feed back atau respons atas pesan yang disampaikan. Namun, dalam dunia blogging, pengunjung atau pembaca blog yang tidak berkomentar adalah hal biasa (normal).

Jadi, jika blog Anda sepi komentar, seperti halnya blog saya, jangan sedih dan jangan khawatir. Laa takhof wala tahzan. 

Don't worry be happy saja! Kita bisa mengintip jumlah pengunjung (statistik pembaca) di Dashboard Blog atau di Google Analytic.

Penyebab Blog Sepi Komentar

Hasil penelitian Jakob Nielsen, web usability guru and principal dari Nielsen Norman Group, menunjukkan mayoritas pembaca, pengunjung, juga teman dan follower media sosial itu pasif.

Di kebanyakan komunitas online --termasuk pembaca blog, 90% pembaca itu "lukers" (orang-orang yang bersembunyi, tidak mau ketahuan) yang gak pernah memberikan kontribusi (komentar), 9% memberikan kontribusi sedikit saja, dan 1% user sangat aktif berkontribusi. (Lihat Gambar di Atas).

90% of users are lurkers (i.e., read or observe, but don't contribute).
9% of users contribute from time to time, but other priorities dominate their time.
1% of users participate a lot and account for most contributions: it can seem as if they don't have lives because they often post just minutes after whatever event they're commenting on occurs. (NN Group)

Di atas menunjukkan, kebanyakan pengunjung blog hanya membaca, tidak mau komentar, misalnya sekadar mengucapkan "terima kasih". Banyak juga pembaca yang datang ke blog kita cuma mau "Copy Paste" (Copas) konten blog kita --sang plagiator tentu tidak mau ketahuan, makanya tidak komentar.

Hasil penelitian Nielsen tadi masih relevan. Hampir semua pembaca blog Romeltea Media ini juga demikian, pasif, cuma mau baca doang, dan tidak mau komentar. Mari kita lihat contohnya.

  • Blog Romeltea Media mulai online 5 April 2014. Posting pertama tentang Template Blog SEO and Responsive. Hingga tulisan ini dibuat, data Statistik Blogger menunjukkan posting ini dikunjungi 136 pembaca dan.... No Comment! :)
  • Posting terpopuler atau terbanyak dibaca Romeltea Media adalah tentang Hasil dan Pemenang Pemilu Legislatif 2014. Menurut statistik blogger, posting bertanggal publikasi 9 April 2014 ini sudah dibaca oleh 4.389 pengunjung dan hanya satu pembaca yang komentar! :)

Jelas, benar kata survei Nielsen, mayoritas pembaca blog itu pasif, tidak memberikan kontribusi atau feedback kepada penulis (author/blogger). Mereka "hanya mau menerima", tapi "tidak mau memberi", dan itu JANGAN JADI KENDALA bagi para blogger untuk Keep Blogging!

Anggap saja kita menulis di media cetak (koran/majalah) yang tidak memungkinkan adanya komentar langsung dan interaksi dengan pembaca, tapi yakinlah... tulisan kita dibaca orang.

Tips Meningkatkan Komentar Blog dari Asae

Salah satu penyebab blog sepi komentar menurut Lindy Dreyer and Maddie Grant di laman Asae Center, "Why Doesn't Anyone Comment on Your Blog?" adalah sulitnya user memberikan komentar. Blogger tidak membuka kolom komentar dan tidak memudahkan user untuk menulis "sepatah-dua patah kata" di sana.

Karenanya, kata Dreyer & Grant, Open and easy! "If you really want to build comments, you have to be open and make commenting easy," katanya. Buka ruang komentar seluas-luasnya dan bikin mudah!

Agar Open & Easy, maka lakukan langkah-langkah berikut ini:
  1. No login. Jangan "paksa" pengunjung blog untuk login ke akun mana pun agar bisa berkomentar.
  2. Easy to find comment links. Mudahkan user untuk menemukan kolom komentar.
  3. No captchas. Jangan gunakan Captcha yang hanya bikin user "pusing" dan "repot" untuk berkomentar. "Those annoying things that make people spell out letters to prove they are human".

Untuk pengguna blogger, pastikan Setting Komentar blog Anda seperti gambar di bawah ini:



Tips lainnya, masih  menurut Dreyer & Grant: Challenge readers. Buatlah posting yang menantang adanya komentar, misalnya "sharing an unpopular opinion or stirring the pot", yakni posting "nyeleneh" yang bisa mengundang kontroversi.

Jika tips Dreyer & Grant di atas tidak ampun mengatasi sepi komentar di blog Anda (kita), jangan berhenti ngeblog. Blogging is sharing, sedekah ilmu, dan --kata ustadz saya-- sedekah itu berkah, berpahala, dan harus ikhlas --dalam konteks blogging, ikhlas = jangan mengharap komentar dari pembaca. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

Jurnalistik Online

Jurnalistik Online
Jurnalistik Online (Online Journalism) adalah pelaporan fakta yang diproduksi dan disebarkan melalui internet. "Online journalism is defined as the reporting of facts when produced and distributed via the Internet" (Wikipedia).

Dulu, jurnalistik "hanya" berlaku di suratkabar (koran), majalah, radio, televisi, dan film --lima media komunikasi massa yang dikenal dengan sebutan "The Big Five of Mass Media" (Lima Besar Media Massa).

Kini, jurnalistik juga berlaku di internet atau media online sehingga melahirkan "ilmu baru" bernama jurnalistik online (online journalism). Istilah lainnya: 
  1. Internet Journalism (jurnalistik internet), 
  2. Website Journalism (jurnalistrik webiste), 
  3. Digital Journalism
  4. Daring Journalism
  5. Headline Journalism (jurnalistik judul).

Jurnalistik Online bahkan cepat berkembang dengan memunculkan "jurnalistik baru" yang masih dalam lingkup jurnalistik online: mobile journalism (jurnalistik mobil), yaitu aktivitas jurnalistik melalui mobile device --mobile phone, smarphone, tablet computer, dsb.

Mobile Journalism kian mempercepat proses penulisan dan penyebarluasan berita di media online. Wartawan bisa melaporkan peristiwa (menulis berita) kapan dan di mana saja, bahkan saat sebuah peristiwa sedang berlangsung.

Jurnalistik Online juga memperkuat atau menumbuhkembangkan jurnalisme warga (citizen journalism) dengan memanfaatkan blog atau media sosial (social media). Kini, setiap orang bisa menjadi wartawan, dalam pengertian meliput peristiwa dan melaporkannya melalui internet.

Perbedaan Jurnalistik Online dan Jurnalistik Tradisional/Konvensional

Dalam hal teknik reportase --wawancara, riset data, observasi, tidak ada perbedaan antara jurnalistik online dan jurnalistik konvensional (cetak dan elektronik). 

Pembeda utamanya adalah format dan gaya penulisan (online writing style) menyangkut aspek keterbacaan (readability) dan keterpindaian (scannability) mengingat berita online dikonsumsi pembaca memalui "layar" (screen) komputer.

Format dan gaya penulisan karya jurnalistik online pun berbeda dengan jurnalistik konvensional, disesuaikan dengan cara pembaca media online (how user read on the web).


Karakteristik Jurnalistik Online: Keunggulan 

Karakteristik jurnalistik online sekaligus menjadi keunggulannya, dikemukakan James C. Foust dalam buku Online Journalism. Principles and Practices of News for The Web (Holcomb Hathaway Publishers, 2005).
  1. Audience Control. Kendali pembaca. Jurnalistik online memungkinkan pembaca (user/visitor) leluasa dalam memilih berita yang diinginkan. Mereka bisa pindah dengan cepat dari satu berita ke berita lain atau dari satu portal berita ke website lain.
  2. Nonlienarity. Jurnalistik online memungkinkan setiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri sehingga pembaca tidak harus membaca secara berurutan. Pembaca bisa memulai dengan berita terbaru, bahkan bisa mulai dengan berita yang diposting satu-dua tahun lalu.
  3. Storage and retrieval. Online jurnalisme memungkinkan berita tersimpan, terarsipkan, atau terdokumentasikan dan diakses kembali dengan mudah oleh pembaca.
  4. Unlimited Space. Ruang tanpa batas. Jurnalistik online relatif tanpa ada batasan jumlah berita atau informasi yang akan dipublikasikan, juga relatif tanpa batasan jumlah huruf dan kata/kalimat. Berbeda dengan media cetak yang dibatasi kolom/halaman atau radio/televisi yang dibatasi durasi (waktu).
  5. Immediacy. Kesegeraan, kecepatan. Jurnalisme online memungkinkan informasi dapat disampaikan secara cepat dan langsung kepada pembaca. Internet adalah medium tercepat untuk menyebarkan informasi.
  6. Multimedia Capability. Kemampuan multimedia. Jurnalisme online memungkinkan berita disampaikan tidak hanya dalam format teks, tapi juga bisa dilengkapi audio dan video.
  7. Interactivity. Interaktivitas. Jurnalisme online memungkinkan adanya peningkatan partisipasi pembaca dalam setiap berita, dengan adanya kolom komentar dan/atau fasilitas media sosial yang memungkinan pembaca menyebarkan/membagi (share) berita di akun media sosial.
Berbagai keunggulan jurnalistik online menjadikan "jurnalisme baru generasi ketiga" ini sebagai jurnalistik masa depan. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

Mau Jadi Onlinepreneur? Ini Caranya!

Onlinepreneur
AWALNYA kita hanya mengenal istilah entrepreneur, yaitu wirausaha alias bekerja sendiri, membuka usaha sendiri, atau menciptakan lapangan kerja sendiri.

Kini kita juga mengenal istilah onlinepreneur, yaitu orang yang memanfaatkan internet untuk berbisnis (wirausaha).

Istilah entrepreneur "belum diakui" sebagai bahasa Indonesia. Bahkan kata "wirausaha" pun tidak ditemukan dalam KBBI.

Bahasa Indonesia baru mengakui istilah "wiraswasta". Saat kita mencari pengertian "wirausaha", KBBI mengarahkan kita pada kata "wiraswasta":

wi·ra·swas·ta n orang yg pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya; 

Berangkat dari pengertian tersebut, maka onlinepreneur (gabungan kata "online" dan "entreprenuer") bisa diartikan sebagai orang yang inovatif dengan memanfaatkan internet  atau media online (website, blog, media sosial) untuk mengenali produk baru, cara produksi baru, pengadaan produk baru, memasarkan dengan cara baru, dan menjalankan bisnisnya dengan cara baru pula.

Onlinepreneur muncul dan berkembang karena teknologi internet bukan saja memudahkan penyebarluasan informasi dan pengembangan jaringan (networking), tapi juga memudahkan dan mengembangkan aktivitas pemasaran (marketing) dan layanan (service).

Sebagaimana entrepreneur pada umumnya yang mampu "creating something different", onlinepreneur pun demikian, harus mau dan mampu menciptakan hal baru.

Cara Menjadi Onlinepreneur

Syarat umum menjadi onlinepreneur yaitu memenuhi karakteristik wirausahawan secara umum juga, sebagaimana dikemukakan para pakar yang bisa kita temukan di berbagai literatur tentang entrepreneurship, yaitu antara lain:
  1. Motivasi
  2. Siap mengambil risiko
  3. Proaktif
  4. Kreatif
  5. Toleran terhadap ketidakpastian,
  6. Mampu membangun dan menjalin hubungan/jaringan
  7. Inovatif 
  8. Orientasi dan pandangan ke masa depan

Keahlian khusus onlinepreneur

onlinepreneur skills
Karena sifatnya online, maka onlinepreneur memerlukan keahlian atau keterampilan (skills) khusus terkait teknologi informasi dan komunikasi online --komputer, gadget, internet, dan manajemen website/situs/blog-- serta marketing dan layanan online.

Praktisnya, onlinepreneur bisa mengawali bisnisnya dengan blogging (ngeblog), yakni membuat blog pribadi, lalu meningkat atau ditambah dengan blog toko online (online store), plus akun media sosial (facebook, twitter, google plus, youtube) untuk kepentingan networking dan marketing online.

Toko online sangat mudah dibuat dengan free blogging provider ataupun self-hosting seperti CMS WordPress.

DOWNLOAD:  PANDUAN MEMBUAT BLOG

Setelah punya blog atau toko online, maka onlinepreneur bisa menjalankan bisnis onlinenya dengan, misalnya, menjadi reseller, menjual ebook, mengikuti program affiliate, atau minimal memasang Adsense.

TANPA BLOG, BISA?
Jadi onlinepreneur tanpa blog juga bisa kok! Salah satu caranya adalah dengan menyimpan file di situs "pay per download", seperti:
  1. Ziddu. (Daftar Ziddu Sekarang!)
  2. TusFiles. (Daftar TusFile Sekarang!)

Siapkan file, upload di sana, promosikan lewat media sosial dll, dan setiap sekian jumlah download Anda akan menerima bayaran sekian dolar.

ONLINEPRENEUR SUKSES
Bagaimana agar bisa menjadi onlinepreneur yang sukses? Nah.... soal itu mah saya juga belum bisa jawab, tapi yakinlah.... banyak tips yang bisa Anda temukan di Google. Just... Go Googling!

Posting ini sekadar simpanan catatan saya tentang onlinepreneur. Kayaknya menjadi sumber motivasi dan inspirasi awal saya untuk menjadi "full time onlinepreneur". Who knows....? Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

Sumber foto ilustrasi: 123rf.com & blog.buildexpertbrand.com

Cara Menulis Berita - Panduan untuk Pemula

menulis-berita
INI posting "kesekian" saya tentang cara menulis berita. Tips atau teknik membuat berita ini sering saya sampaikan di berbagai pelatihan jurnalistik dan di kelas (kuliah jurnalistik).

Posting tentang teknik menulis berita lainnya bisa Anda "search" di Google dengan kata kunci "menulis berita - romeltea".

Cara menulis berita berikut ini sebagai panduan untuk pemula atau yang baru/sedang belajar menulis berita.

Saya menyebut tips ini sebagai "pedoman dasar dan standar" dalam menulis berita. Setelah menguasainya dengan baik, dipraktikkan terus-menrus, saya jamin, kemampuan menulis Anda akan berkembang dan bisa menulis berita seperti para wartawan profesional.

Sekali lagi, ini hanyalah dasar menulis berita untuk mempermudah Anda yang sedang belajar membuat berita.

Elemen Berita 5W+1H

Rumus menulis berita standar ini berdasarkan elemen atau unsur berita 5W+1H (Who, What, When, Where, Why, How) atau Siapa, Apa, Kapan, Di Mana, Kenapa, Bagaimana.

Berita adalah laporan peristiwa atau catatan tentang sebuah kejadian. Sebuah peristiwa dipastikan mengandung keenam unsur berita tersebut:

  1. WHO -- SIAPA terlibat dalam peristiwa: pelaku, korban, pemeran utama, peran pengganti, figuran, orang, lembaga, organisasi, dsb.
  2. WHAT -- APA yang terjadi, kejadian apa, peristiwa naon, acara apa?
  3. WHEN --KAPAN kejadiannya, iraha kajadianana, unsur waktu. Biasa ditulis, misalnya, Senin (22/4).
  4. WHERE -- DI MANA kejadiannya, tempat acaranya di mana, unsur tempat. Biasa ditulis, misalnya, "di Depan Gedung Sate Jln Diponegoro Bandung" atau "di Kampus UIN Bandung".
  5. WHY -- KENAPA terjadi demikian, apa penyebabnya, apa latar belakangnya, apa tujuannya, mengapa itu dilakukan, dsb.
  6. HOW -- BAGAIMANA proses kejadiannya, apa saja acaranya, siapa saja pembicaranya, ada polisi gak, rusuh gak, damai-damai saja, diguyur hujan, pemateri ngomong apa saja, dsb.

Cara Mudah Menulis Berita

Berdasarkan unsur 5W+1H itulah saya membuat formula atau rumus mudah menulis berita sebagai berikut:

  • WHO does WHAT, WHEN, WHERE, WHY, HOW 
  • (SIAPA melakukan APA, KAPAN, DI MANA, MENGAPA, BAGAIMANA)

CONTOH 1

MUI kumpulkan 56 ormas Islam bahas Pilpres 2014

MERDEKA.COM. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengadakan pertemuan Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI). Pertemuan membahas pemilu 2014 tersebut dihadiri 56 organisasi kemasyarakatan (ormas) berbasis Islam.

"Kami membahas sikap dan pandangan umat Islam Indonesia tentang pemilihan umum 2014, pileg, dan menyongsong pilpres 9 Juli," terang Din Syamsuddin, Ketua Umum MUI di kantor MUI, Jl. Proklamasi No. 51 Menteng, Jakarta Pusat, Senin (21/4).

Din mengungkapkan keprihatinan ormas-ormas Islam atas penyelenggaraan Pemilu 2014. Menurutnya masih terdapat banyak pelanggaran yang terjadi.

"Kami bersyukur atas berlangsungnya pileg yang relatif aman dan lancar. Walaupun demikian kami prihatin atas rendahnya kualitas pemilu 2014," kata dia.

Din menilai masih marak jual beli suara dan politik uang dalam pileg 2014. Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan distribusi surat suara juga bermasalah.

"Kami dorong penyelenggara pemilu (KPU) agar jujur dan adil. Mereka harus bertanggung jawab dan transparan dalam mengawal serta melakukan penghitungan suara dari TPS sampai pusat," pungkas dia.

Dalam contoh di atas, mari kita bedah unsur-unsur beritanya:
  1. WHO - MUI
  2. WHAT -- Mengadakan pertemuan
  3. WHEN -- Senin (21/4).
  4. WHERE -- di kantor MUI.
  5. WHY -- membahas sikap dan pandangan umat Islam tentang Pemilu 2014.
  6. HOW -- dihadiri 56 ormas Islam, ormas Islam menyatakan keprihatinan.
CONTOH 2

Ratusan Mahasiswa ITB Demo Jokowi

Bandung - Ratusan mahasiswa ITB memblokade gerbang pintu masuk kampus saat rombongan Gubernur DKI Jokowi datang. Mahasiswa menolak kedatangan Jokowi yang akan untuk memberikan kuliah umum di Aula Timur ITB. Sempat terjadi kericuhan dalam aksi itu.

Mahasiswa yang mengenakan jas almamater jurusan masing-masing melakukan aksi unjuk rasa di depan gerbang kampus mulai pukul 12.00 WIB, Kamis (17/4/2014). Sejumlah spanduk dibentangkan oleh mahasiswa. Isinya antara lain 'Turut Berduka Cita Atas Politisasi ITB' dan 'Kampus Netral Harga Mati'.

"Aksi ini intinya untuk menjaga kampus tetap netral bukan untuk menjatuhkan Jokowi," ujar koordinator aksi, Koplo yang merupakan mahasiswa Jurusan Fisika Angkatan 2011 itu.

Saat mereka tengah berorasi, datang rombongan mobil dari arah Jalan Tamansari. Mahasiswa yang berada di pinggir jalan, kemudian merangsek ke depan dan menghalangi mobil X-Trail yang berada paling depan, yang diduga milik mobil Sekpri Jokowi. Puluhan polisi dan satpam yang sejak tadi berjaga, lalu berusaha menghalau mahasiswa.

Sempat terjadi aksi dorong antara mahasiswa dan polisi serta satpam, yang membuat sejumlah mahasiswa terjatuh. Massa terus meneriakkan "Netralitas kampus harga mati."

Massa mahasiswa akhirnya terdesak mundur. Lalu satpam dan polisi membuat barikade. Dua mobil yang salah satunya diduga ditumpangi Jokowi akhirnya bisa masuk. Sementara 8 mobil dan satu bus yang berada di Jalan Ganeca batal masuk. Mereka meneruskan perjalanan ke arah Jalan Ganeca.

Dua mobil berhasil masuk dan parkir di depan aula Timur, tempat kuliah umum akan digelar. Mahasiswa lalu berlarian menuju aula timur dan membuat barikade di depan pintu masuk. Mereka terus meneriakkan netralitas kampus. Akhirnya dua mobil itu pun meninggalkan aula timur. Hingga saat ini mahasiswa terus melakukan aksinya.

Sebelumnya, dalam kunjungan kerja ke Bandung, Jokowi bertemu Wali Kota Ridwan Kamil. Keduanya berbincang akrab mengenai penataan kota. Di ITB, Jokowi akan memberikan kuliah umum
.

Unsur-Unsur Berita:
  1. WHO - Mahasiswa ITB
  2. WHAT -- demo, blokade gerbang pintu masuk
  3. WHEN -- Kamis (17/4/2014).
  4. WHERE -- di depan gerbang kampus ITB.
  5. WHY -- menolak kedatangan Jokowi, menolak politisasi kampus
  6. HOW -- ricuh, orasi, bentangkan spanduk, saling dorong, barikade polisi dan satpam.
CONTOH 3
Kedua contoh di atas mungkin masih sulit ditiru oleh yang masih belajar menulis berita. Karenanya, saya buatkan contoh yang paling sederhana sebagai acuan bagi pemula yang belajar menulis berita.

BATIC Gelar Pelatihan Manajemen Konten Website

BATICNews.com -- Balai Jurnalistik ICMI Jabar (BATIC) menggelar pelatihan manajemen konten website, Sabtu 24 Mei 2014, Pkl. 13.00-16.00 WIB, di Gedung Bumi Madani Jln Cikutra 276-D Bandung. Ketua BATIC, ASM. Romli, mengatakan, pelatihan ini terbuka untuk umum, khususnya praktisi Humas yang biasanya menjadi pengelola website lembaga ataua perusahaannya.

"Pelatihan ini digelar karena banyak website atau situs instansi dan perusahaan yang kurang update, isinya juga kurang menarik," kata Romli. "Tampilan konten atau postingnya juga banyak yang tidak sesuai dengan gaya penulisan online."

Dijelaskan, peserta pelatihan akan diberikan wawasan dan keterampilan tentang gaya penulisan online (online writing style), teknik menulis berita, dan bahasa jurnalistik. Pematerinya dari kalangan praktisi media online dan desainer website. 

"Dalam pelatihan ini juga akan dibahas soal blogging dan cara mengengelola blog supaya menarik, banyak pengunjung, dan bisa menghasilkan uang," terang Romli seraya menambahkan, peminat pelatihan bisa membuka website BATIC www.baticnews.com.*

Unsur-Unsur Berita:
  1. WHO - BATIC
  2. WHAT -- Pelatihan manajemen konten website.
  3. WHEN -- Sabtu 24 Mei 2014.
  4. WHERE -- Gedung Bumi Madani Jln Cikutra 276-D Bandung
  5. WHY -- banyak website instansi/perusahaan yang tidak update dan isinya kurang bagus
  6. HOW -- materi pelatihan, pemateri.
Mudah 'kan? Coba, buatlah berita tentang kegiatan organisasi, instansi, atau perusahaan Anda!

DOWNLOAD TIPS MENULIS BERITA LENGKAP

Strategi Program Siaran Radio

Radio Programming Strategy - Strategi Program Siaran Radio
Radio Programming Strategy - Strategi Program Siaran Radio

STRATEGI program siaran radio tidak bisa dilepaskan dari strategi pemasaran (marketing strategy). Sebuah strategi pemasaran stasiun radio akan menjawab pertanyaan berikut ini:
  1. Apa yang akan kita coba lakukan terhadap stasiun radio ini? Dan bagaimana kita akan tahu jika sukses?
  2. Siapa target pendengar kita? What sort of people are we trying to reach?
  3. Persepsi apa yang kita harapkan dari pendengar tentang radio kita? What do we want them to think about this station?
Dalam jargon manajemen radio, ketika pertanyaan tersebut merujuk pada:
  1. Tujuan radio (station objectives)
  2. Target pendengar (target audience)
  3. Positioning
Radio adalah bagian dari kehidupan masyarakat sekitar. Sebagai media informasi yang berperan mendidik masyarakat, radia harus mampu menghibur sekaligus menjadi "guru" bagi masyarakat sehingga mampu mengubah perilaku masyarakat.

Sebagai contoh, di Afrika Selatan, negara dengan tingkat AIDS tinggi, peran vital radio adalah dalam hal "pemasaran sosial" (social marketing): mengubah perilaku masyarakat demi kesehatan komunitas. Di negara semacam ini, radio yang sukses diukur bukan dengan jumlah pendengar atau peningkatan dana, tetapi dengan kemampuan mengadakan perubahan dalam harapan hidup (changes in life expectancy).

Di negara maju, peran radio lain lagi, yakni menjadi forum diskusi dan memunculkan ide-ide membangun jaringan komersial, juga gaya hidup (life style). Info ekonomi menjadi penting.

lingkaran pendengar radioMenargetkan seluruh penduduk (Targeting the whole population)

Bayangkan semua orang yang tinggal di sekitar radio dimasukkan dalam sebuah set lingkaran (set of circles). Lingkaran terkecil di tengah lingkaran besar merepresentasikan jumlah yang kecil.

Bagi kebanyakan radio komunitas, tipe pendengar termasuk:

1. Inner Circle.
Orang-orang yang terlibat langsung dalam manajemen radio: staf full-time dan part-time, komite manajemen, relawan, stinger, dll.

2. The regular listeners. 
Pendengar reguler. Mereka mungkin menghabiskan banyak waktu untuk mendengarkan siaran radio dan beberapa di antaranya mendonasikan uang mereka, tapi mereka tidak terlibat langsung dalam pengelolaan radio.

3. The occasional listeners. 
Pendengar yang hanya sesekali mendengarkan radio, bergantian dengan menonton TV atau membaca koran. Mungkin juga mendengarkan radio kita secara tidak sengaja (accidental listeners). Sebagian mungkin bahkan tidak tahu nama radio kita.

4. Beberapa tahu keberadaan radio kota, tapi tidak menjadi pendengar. Mungkin juga ada yang tidak tahu dan tidak pernah sama sekali mendengarkan radio kita.

5. Mereka yang tinggal di luar jangkauan wilayah radio (station's coverage area) dan tidak bisa mendengarkan radio bahkan jika mereka ingin mendengarkannya.

Pemangku kepentingan lain (Other stakeholders)
Ada juga kelompok di luar kelima tipe pendengar di atas, tapi kelompok ini bisa sangat penting bagi stasiun komunitas:

Sumber Program
6. Sumber program, baik orang-orang maupun organisasi. Ini termasuk agensi pemerintah, otoritas lokal, dan organisasi lain yang sering disebutkan dalam program berita atau peristiwa terkini. Termasuk di dalamnya penyelenggara acara olahraga dan kebudayaan yang disiarkan radio Anda.

Kita bisa membagi sumber program ini menjadi tiga kelompok:
  • Mereka yang menghubungi Anda, ingin pasang iklan atau mengrimkan press release.
  • Lembaga/organisasi yang Anda hubungi untuk mencari informasi, mungkin perpustakaan lokal dan departemen pemerintah.
  • Mereka atau organisasi yang masuk ke dalam kategori di atas: politisi lokal, misalnya.
7. Supplier peralatan, barang-barang, dan layanan. Pedagang lokal yang akan tertarik kepada stasiun radio Anda karena mereka mendapatkan uang darinya.

8. Pengiklan dan sponsor. Beberapa akan menjadi pendengar, lainnya tidak. Jelasnya, mereka yang mendengarkan radio kemungkinan akan beriklan di radio tersebut.

9. Perwakilan agensi lembaga pendanaan (funding agencies). Ini bisa termasuk pemerintah lokal, regional, dan nasional, juga NGO. Pemangku kepentingan stasiun komersial juga masuk dalam kategori ini.

10. Pesaing (competitors): media lain yang bersaing dalam meraih pendengar, juga pendanaan. Ini termasuk stasiun radio lain yang ada di wilayah Anda, TV loka, dan koran lokal.

11. Pemimpin pendapat (Opinion Leaders), seperti kalangan kritis, advokat, dan analis. Termasuk media lain yang mungkin mempublikasikan informasi tentang stasiun radio Anda.

12. Organisasi industri milik Anda: mungkin organisasi penyiaran nasional, kelompok pertukaran-program (program-exchange group), kamar dagang, dan koalisi media lokal informal.

The need to keep enlarging your audience
Pendengar selalu berubah, dalam jumlah maupun kebutuhan dan keinginan. Maka, mari kita ubah urutannya dari posisi 5 ke posisi 1:

5. Mereka yang tinggal di luar jangkauan area.
Anda tidak bisa menjangkau mereka, tapi bisa dengan radio streaming (intenet).

4. Mereka yang tinggal di wilayah sekitar, tapi tidak pernah mendengarkan radio Anda.
Anda harus mampu membuat mereka mengenal dan mendengarkan radio Anda, bukan dengan iklan radio karena mereka tidak mendengarkan radio Anda.

3. Occasional listeners. Pendengar nonreguler.
Agar menjadi pendengar reguler, mereka membutuhkan "program expose". Maka, iklankan acara-acara radio Anda! Buatlah promo program di radio Anda sendiri.

2. Regular listeners
Bagaimana Anda mampu menjaga loyalitas mereka? Bagaimana Anda "memanfaatkan" mereka? Agar pasang iklan, mungkin? Bisa juga mengajak mereka menjadi relawan atau membantu radio Anda semampu mereka. Bisa juga dengan membentuk organisasi fans radio Anda --Radio Fans Club.

1. Pendengar di lingkaran terdalam.
Mereka adalah staf, manajer, produser, dan volunteer. mungkin juga keluarganya. Manajemen SDM dan keuangan menjadi penting. Bagaimana mereka bisa tetap setia, termotivasi, dan mampu melahirkan ide-ide pengembangan demi kemajuan radio. Jangan membuat mereka kecewa!

Station Format and Positioning

Jika radio Anda baru didirikan (brand new), pilihlah format program yang tepat.
Radio programs have two main components: talk and music

Throughout the world, the most popular stations are the ones that play music the majority of the time. But listeners want more than just music, and a station that has no news will get a smaller audience (other things being equal) than a station with short news bulletins every hour. The most popular stations have either "mostly talk" or "mostly music" - but not a 50-50 mixture (which produces very small audiences), nor 90-10.

Program radio meliputi dua komponen utama: talk and music. Program radio Anda harus meliputi musik karena radio identik dengan musik (lagu). Namun, jangan pernah abaikan program berita.

Radio yang tidak mempunyai program berita akan memiliki pendengar yang lebih sedikit. Demikian juga, radio yang hanya menyiarkan berita akan punya pendengar sedikit.

Pendengar butuh hiburan, tapi mereka juga butuh informasi aktual, bahkan sebagian butuh saluran pendapat untuk menyuarakan ide-pemikirannya. Maka, sediakan pula "ruang publik" dengan melibatkan opini pendengar (Phone In Show dan Interactive Program).

Format yang baik bagi radio berita (mostly-talk station) adalah menyiarkan banyak berita, peristiwa terkini, fiksi, dan dokumenter pendek --"talk" jangan lebih dari 15 menit.

Format terbaik bagi radio musik (mostly-music station) adalah selingan berita, misalnya tiap 30 menit (news insert/breaking news), selain menyajikan program khusus berita di pagi hari yang tetap "full music": berita-lagu-berita-lagu-berita-lagu.

Target Pendengar atau Format dulu?

Mendahulukan target pendengar atau format? Marketer yang terlatih dengan baik akan menyarankan Anda menentukan dulu target pendengar, lalu temukan tipe program yang mereka sukai. Marketers: Target audience first, then type of program!
Programmer radio berpengalaman akan tahu format yang pendengar inginkan dan berusaha menemukan target audiens untuknya. Programmers: Format first, then audience!

Pada praktiknya, Anda harus mampu memadukan kedua cara tersebut. Yang terbaik, survei pendengar dulu, baru tentukan format!

Interactivity: Program Siaran Interaktif

Program radio bisa dipilah menjadi
  1. educational program
  2. informative program
  3. artistic program

Radio tradisional adalah "medium satu-ke-banyak" (one-to-many medium). Satu suara --menghibur, mendidik, dan menyampaikan informasi kepada publik.

Konten radio terpopuler (most popular radio content) adalah interactive programming yang memberikan kesempatan kepada pendengar untuk interaksi --suara mereka terdengar di radio, ini "membanggakan" pendengar.

Ada tiga cara membuat program siaran interaktif:
1. Program yang menciptakan komunikasi dua arah (two-way communication), antara pendengar dan penyiar/stasiun radio: talkback or phone-in programs, musical requests, free classified ads, on-air competitions, games, talent quests, appeals, radiothons, Q & A "question and answer" programs), and radio browsing programs.

2. Program siaran yang mendorong pendengar ikut berdiskusi: program khusus, siaran pertandingan olahraga, "papan catatan komunitas" (community noticeboards), wawancara dengan orang biasa (vox pop), opini dan presenter kontroversial, ucapan selamat, segmen phone-in.

3. Program yang bekerja sama dengan media lokal, menciptakan "pertukaran" audiens (exchange of audiences). Misalnya, Anda mengundang editor koran lokal untuk menyampaikan editorial secara onair seminggu sekali, diikuti diakusi via telepon. Sebagai kompensasinya, media lokal tersebut mempublikasikan atau mempromosikan acara tersebut plus acara lainnya, atau mereview beberapa program.

The more interactivity you can include on-air, the more your audience is likely to grow, and the more likely your station is to satisfy the whole community's needs.

Membangun komunitas pendengar

Di negara maju, mendengarkan radio sering merupakan "aktivitas kesendirian" (solitary activity): ketika merka sendiri, mereka menggunakan radio sebagai teman (substitute for human company).
Mendengarkan radio biasanya menjadi aktivitas kedua (second activity): sambil bekerja, mengemudi, atau memasak.

Dalam situasi demikian, radio merupakan "one-way medium": pendengar tidak berpartisipasi, hanya mendengarkan.

Di negara berkembang, pesawat radio masih terbilang mahal, sehingga orang mendengarkan radio secara berkelompok. Dalam situasi ini, siaran radio bisa "memprovokasi interaksi" di anatara kelompok --keluarga, tetangga, kolega, atau teman-teman.

Instead of radio being a one-way medium, interactive programming can transform it into a two-way medium, with communication in both directions. Though a two-way medium produces much better communication than a one-way medium, it's possible for radio to go beyond two-way communication.

Radio juga bisa membangun jaringan antar anggota komunitas. Ini juga bisa mengurangi potensi konflik di antara kelompok sosial. Radio bisa memanfaatkan kelompok kepentingan khusus atau kelompok pendengar.

Tahun 2001 International Labour Organization (ILO) mensponsori serial program di radio lokal "Mekong Delta" Vietnam: "Start and Improve Your Business". Program ini melibatkan kelompok pendengar yang bertemu seminggu sekali, mendengarkan acara bersama-sama, dan mendiskusikannya setelah itu.

Listeners' clubs

Aktivitas pembangunan komunitas lainnya adalah membentuk klub pendengar yang dipertemukan secara off-air: game, rekreasi, arisan, dll.

Kehadiran komunitas pendengar loyal dan klub pendengar bisa membantu program lain untuk kepentingan radio, seperti Award. ABC Radio di Australia mengadakan kampanye "Rural Woman of the Year" tahun 1990-an. (www.romelteamedia.com).*

Source: Participative Marketing for Local Radio by Dennis List. Publisher: Original Books, Wellington, New Zealand. ISBN number: 1-86933-540-6. Date of publication: September 2003. http://www.audiencedialogue.net/pmlr4.html

Jurnalistik Radio: Program Berita Radio

Jurnalistik radio
Jurnalistik radio adalah proses pemberitaan melalui media radio. Jurnalistik Radio --Radio Journalism, Broadcast Journalism-- hadir ketika radio yang semula sebagai media hiburan, dimanfaatkan untuk menyebarluaskan informasi terbaru (berita) layaknya suratkabar.

Ketika jurnalistik memasuki dunia radio, maka naskah berita dan informasi lainnya harus disesuaikan dengan karakteristik radio sebagai "media dengar" (auditif/auditory). Radio hanya bisa didengarkan, dikonsumsi telinga, maka berita pun berupa suara, bukan tulisan.

Maka, naskah jurnalistik radio (berita) pun harus menggunakan bahasa tutur karena ia akan "disuarakan" (dibacakan) oleh news presenter (penyaji berita).

Program Berita Radio

Kehadiran jurnalistik radio membawa tipe program radio yang baru, yaitu program siaran berita (news program). Program berita ini bisa hanya berupa sisipan (insert), program khusus, atau bahkan laporan/siaran langsung (live reporting).

Program siaran berita radio meliputi:
1. News Insert -- sisipan berita aktual di tengah siaran acara lain. Dikenal juga sebagai "breaking news".
2. Bulletin --siaran berita khusus, durasi 1-2 jam, berisi informasi aktual dengan selingan lagu dan iklan.
3. Talkshow -- perbincangan dengan narasumber untuk membahas sebuah tema, masalah, atau peristiwa aktual.
4. Vox Pop -- opini masyarakat tentang suatu masalah atau peristiwa berupa rekaman (potongan wawancara, soundbite).
5. Phone In -- opini masyarakat tentang suatu masalah atau peristiwa via telepon atau saluran komunikasi lainnya seperti SMS dan media sosial.

Jurnalistik radio membutuhkan keahlian khusus dalam penulisan naskah berita, seperti sign-posting (tanda-tanda baca) dan penggunaan efek suara, soundbite, dan rekaman suara latar.

Presenter berita juga  harus punya keahlian khusus berita suara bagus dan wawasan luas. Wasalam.*

Acta Diurna - Koran Pertama di Dunia

Acta Diurna
ISTILAH Acta Diurna bisa dipastikan selalu muncul dalam buku-buku jurnalistik, khususnya dalam membahas sejarah dan pengertian jurnalistik. Acta Diurna disebut-sebut sebagai momentum sejarah kelahiran suratkabar atau media massa di dunia. Acra Diurna menjadi koran pertama di dunia.

Bahkan, dari kata Acta Diurna inilah istilah “jurnalistik” lahir, yakni dari “diurna”, “diurnalis”, “journal”, “journalistic”.

Acra Diurna adalah istilah Latin. Dalam bahasa Inggris disebut Daily Acts (kegiatan sehari-hari) yang kadang diterjemahkan menjadi “Daily Public Records” (rekaman publik sehari-hari).

Acta Diurna tak lain adalah sebutan bagi media publikasi zaman Romawi Kuno pada masa kekaisaran Julius Cesar. Media publikasi semacam “papan pengumuman” (message boards) atau “majalah diding” (mading) ini berisi catatan resmi Kerajaan Romawi (Roman official notes).

Isi “naskah/teks” Acta, Diurna, Acta Popidi, atau Acta Publica ini berupa tulisan yang diukur pada batu atau logam dan dipasang di tempat-tempat umum seperti Forum of Rome.

Bentuk pertama Acta muncul sekitar tahun 131 SM masa pemerintahan Republik Romawi . Semula Acta Diurna hanya berisi pengumuman resmi seperti dekrit kerajaan, kebijakan senator, dan acara pengadilan, lalu diperluas menjadi berisi pemberitahuan publik dan pengumuman dan informasi penting lainnya, seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian.

Bentuk lain dari Acta adalah pemberitahuan hukum, kota, dan militer. Acta Senatus –hasil rapat para senator-- awalnya dirahasiakan hingga dibuka untuk publik pada masa Julius Caesar pada 59 SM.

Atas kebijakannya itu (publikasi Acra Diurna untuk umum), Julius Caesar pun dijuluki “Bapak Pers Dunia” atau setidaknya dianggap sebagai “pelopor jurnalistik dan media”.

Publikasi Acta Diurna berhenti ketika kursi kaisar dipindahkan ke Konstantinopel. Para kaisar Romawi kemudian menyensor ketat dan kadang-kadang tidak mempublikasikannya. Dibutuhkan izin khusus untuk melihatnya. 

Referensi:
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Acta_Diurna
  • http://voices.yahoo.com/the-acta-diurna-worlds-first-newspaper-12335928.html?cat=37
  • http://thedabbler.co.uk/2011/11/the-acta-diurna-or-how-the-romans-had-an-internet-savvy-approach-to-information/
Foto: Acta versi The Dabbler

Cara Berpikir Wartawan: Skeptis

Cara Berpikir Wartawan
Wartawan bersikap skeptis (ragu/sangsi) alias tidak mudah percaya atas yang mereka dengar dan lihat. Wartawan tidak otomatis percaya yang dikatakan narasumber berita.

Karenanya, wartawan melakukan verifikasi, klarifikasi, atau cek dan cek ulang (check and recheck) sebelum menulis berita.

CARA berpikir wartawan adalah pola atau metode berpikir wartawan ketika melakukan tugas jurnalistik --menyeleksi dan menulis berita. Cara berpikir wartawan sering menjadi acuan dalam menulis di blog, seperti anjuran "Think like a journalist!" (berpikirlah seperti seorang wartawan), dalam Tips for Writing for Online Readers.

Cara berpikir wartawan juga sering menjadi pedoman dalam menulis siaran pers (press release) di kalangan Praktisi Humas (PR, Public Relations) agar siaran persnya dipublikasikan.

Empat D

Menurut Michael Bugeja dari School of Journalism and Communication at Iowa State University, USA, cara berpikir wartawan dalam menyeleksi dan menulis berita terangkum dalam 4D:
  1. Doubt
  2. Detect
  3. Doscern
  4. Demand

1. Doubt — Ragu, Tidak Otomatis Percaya.
Wartawan bersikap skeptis (ragu/sangsi) alias tidak mudah percaya atas yang mereka dengar dan lihat. Wartawan tidak otomatis percaya yang dikatakan narasumber berita. Karenanya, wartawan melakukan verifikasi, klarifikasi, atau cek dan cek ulang (check and recheck) sebelum menulis berita.

Istilah lain yang menggambarkan cara berpikir wartawan seperti ini adalah "Doktrin Kejujuran" (Fairness Doctrine). Pengertiannya sama, yakni tidak mudah mempercayai yang dikemukakan narasumber, apalagi jika pernyataannya "kurang/tidak masuk akal".

Reporter yang kurang skeptis akan mudah kena "hoax" (berita bohong) atau dimanipulasi. Misalnya, ada pengurus parpol yang mengirimkan siaran pers. Isinya: "pembukaan cabang partai di luar negeri yang dihadiri ribuan orang". Siaran pers itu lantas dimuat "apa adanya", tanpa cek dan ricek, sehingga berita menjadi tidak akurat. Ini contoh nyata akibat redaksi media yang "kurang skeptis".

2. Detect — Menemukan "Gambaran Besar".
Wartawan tanpa henti mengejar kebenaran (the truth) untuk menemukan "gambaran besar" (big picture) sebuah peristiwa atau masalah.

Para wartawan memiliki "penciuman berita" (nose for news). Mereka memburu cerita dan memastikannya benar terjadi (faktual).

Reporter bekerja layaknya detektif yang mengejar tersangka, lalu membawanya ke pengadilan --pengadilan opini publik.

3. Discern — Berpikir kritis untuk menemukan keseimbangan.
Wartawan mampu berpikir tajam, kritis, untuk menyajikan berita berimbang (balance) atau seobjektif mungkin. Di sini wartawan melakukan covering both side, meliput para pihak alias tidak sepihak.

4. Demand — Menjunjung dan melindungi arus informasi yang bebas.
Wartawan dan publik sama-sama menginginkan kebebasan informasi (freedom of information). Wartawan merasa bebas menyampaikan informasi penting bagi publik sebagaimana publik juga menginginkannya.

Dalam istilah lain, wartawan menentukan berita berdasarkan "nilai berita" (news values), termasuk "penting", yakni penting bagi publik dan menyangkut orang penting seperti pajabat negara. Wasalam.*

Source

Prinsip Dasar Jurnalistik Online

Prinsip Dasar Jurnalistik Online
Prinsip dasar jurnalistik online merupakan pedoman dasar bagi praktisi jurnalistik online sekaligus menunjukkan karakteristik jurnalistik online yang berbeda dengan jurnalistik cetak dan elektronik.

Prinsip dasar jurnalistik online ini dikemukakan Paul Bradshaw di Online Journalism Blog. Ia menyebutkan lima prinsip dasar jurnalistik online yang diringkas dalam kata B-A-S-I-C

  • Brevity
  • Adaptability 
  • Scannability 
  • Interactivity 
  • Community 
  • Coversation


1. Keringkasan (Brevity). 
Berita dituntut untuk bersifat ringkas, untuk menyesuaikan kehidupan manusia dan tingkat kesibukannya yang semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan istilah umum komunikasi ‘KISS’, yakni Keep It Short and Simple.

2. Adaptabilitas atau kemampuan beradaptasi (Adaptabilty). 
Para jurnalis daring dituntut agar mampu menyesuaikan diri di tengah kebutuhan dan preferensi publik. Dengan adanya kemajuan teknologi, jurnalis dapat menyajikan berita dengan cara membuat berbagai keragaman cara, seperti dengan penyediaan format suara, video, gambar, dan lain-lain dalam suatu berita.

3. Dapat dipindai (Scannability). Untuk memudahkan para audiens, situs-situs terkait dengan jurnalisme daring hendaknya memiliki sifat dapat dipindai, agar pembaca tidak perlu merasa terpaksa dalam membaca informasi atau berita.

4. Interaktivitas (Interactivity).
Komunikasi dari publik kepada jurnalis dalam jurnalisme daring sangat dimungkinkan dengan adanya akses yang semakin luas. Pemirsa (viewer) dibiarkan untuk menjadi pengguna (user). Hal ini sangat penting karena semakin audiens merasa dirinya dilibatkan, maka mereka akan semakin dihargai dan senang membaca berita yang ada.

5. Komunitas dan percakapan (Community and Conversation). 
Media daring memiliki peran yang lebih besar daripada media cetak atau media konvensional lainnya, yakni sebagai penjaring komunitas.

Jurnalis/media online juga harus memberi jawaban atau timbal balik kepada publik sebagai sebuah balasan atas interaksi yang dilakukan publik tadi. (www.romelteamedia.com).*

Pengertian Jurnalistik Online

 Jurnalistik Online
Pengertian Jurnalistik online adalah ”generasi baru” jurnalistik setelah jurnalistik konvensional (jurnalistik media cetak seperti suratkabar) dan jurnalistik penyiaran (broadcast journalism –radio dan televisi).

Jurnalistik online (online journalism) disebut juga cyber journalismjurnalistik internet, jurnalistik web (web journalism), jurnalistik digital (digital journalism), dan jurnalisme daring.

Pengertian Jurnalistik Online 

Pengertian jurnalistik online terkait banyak istilah, yakni jurnalistik, online, internet, dan website.
Jurnalistik dipahami sebagai proses peliputan, penulisan, dan penyebarluasan informasi (aktual) atau berita melalui media massa. Secara ringkas dan praktis,  jurnalistik bisa diartikan sebagai “memberitakan sebuah peristiwa”.

Online dipahami sebagai keadaan konektivitas (ketersambungan) mengacu kepada internet atau world wide web (www). Online merupakan bahasa internet yang berarti “informasi dapat diakses di mana saja dan kapan saja” selama ada jaringan internet (konektivitas).

Internet (kependekan dari interconnection-networking) secara harfiyah artinya “jaringan antarkoneksi”. Internet dipahami sebagai sistem jaringan komputer yang saling terhubung. Berkat jaringan itulah yang ada di sebuah komputer dapat diakses orang lain melalui komputer lainnya. Internet “menghasilkan” sebuah media –dikenal dengan “media online”—utamanya website.

Website atau site (situs) adalah halaman mengandung konten (media), termasuk teks, video, audio, dan gambar. Website bisa diakses melalui internet dan memiliki alamat internet yang dikenal dengan URL (Uniform Resource Locator) yang berawalan www atau http:// (Hypertext Transfer Protocol.

Dari pengertian ketiga kata tersebut, jurnalistik online dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian informasi melalui media internet, utamanya website.

Kamus bebas Wikipedia mendefinisikan jurnalisme online sebagai ”pelaporan fakta yang diproduksi dan disebarkan melalui internet” (reporting of facts produced and distributed via the Internet).

Karena merupakan perkembangan baru dalam dunia media, website pun dikenal juga dengan sebutan “media baru” (new media) vis a vis media konvensional --koran, majalah, radio, dan televisi.

Hal baru dalam “new media” antara lain informasi yang tersaji bisa diakses atau dibaca kapan saja dan di mana pun, di seluruh dunia, selama ada komputer dan perangkat lain yang memiliki koneksi internet. (www.romelteamedia.com).*

Sumber: Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Online: Panduan Mengelola Media Online, Penerbit Nuansa Cendikia, Bandung, 2012.

Dasar-Dasar Jurnalistik untuk Pemula

jurnalistik terapan - Dasar-Dasar Jurnalistik untuk Pemula
SETIAP (calon) wartawan wajib memahami dan menguasai dasar-dasar jurnalistik (basics of journalisme) agar menjalankan aktivitas jurnalistik dengan baik dan benar.

Wartawan profesional tidak sekadar "bisa nulis berita", tapi juga memahami dan menaati aturan yang berlaku di dunia jurnalistik, terutama kode etik jurnalistik.

Jika ada keluhan tentang kinerja wartawan, misalnya tulisannya "asal" atau beritanya "ngawur" --dari segi penulisan ataupun dari segi substansi, kemungkinan besar sang wartawan belum/tidak memahami dan menguasai dasar-dasar jurnalistik.

Bisa jadi, ia menjadi wartawan hanya bermodal "bisa nulis", tidak punya bekal dasar-dasar jurnalistik sebagaimana peserta pelatihan atau mahasiswa jurnalistik.

Ruang Lingkup Dasar-Dasar Jurnalistik

Dasar-Dasar Jurnalistik adalah hal-hal mendasar tentang dunia jurnalistik yang meliputi dua hal:
  1. Pengetahuan (knowledge)
  2. Keterampilan (skill) jurnalistik
Dasar-Dasar Jurnalistik dalam hal pengetahuan yang terpenting adalah pengetahuan tentang "istilah-istilah kunci" (key terms) atau "kata kunci" (keywords) seperti sejarah dan asal-usul kata jurnalistik itu sendiri, pengertian jurnalistik, produk jurnalistik, berita, reportase, kode etik jurnalistik, bahasa jurnalistik, pers, media, wartawan, reporter, redaksi, editor, dan sebagainya.

Dasar-Dasar Jurnalistik dalam hal keterampilan yang terpenting adalah teknik reportase, termasuk wawancara, dan penulisan berita karena berita merupakan produk utama jurnalistik sekaligus karya utama wartawan (jurnalis).

Pengertian Jurnalistik

Pengertian istilah jurnalistik dapat ditinjau dari tiga sudut pandang:
  1. Harfiyah
  2. Konseptual/Teoretis
  3. Praktis
Secara harfiyah, jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day). Asal-muasal kata jurnalistik dari bahasa Yunani Kuno, “du jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak.

Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang:
  1. Proses.
  2. Teknik.
  3. Ilmu.
Sebagai proses, jurnalistik adalah “aktivitas” mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis).

Sebagai teknik, jurnalistik adalah “keahlian” (expertise) atau “keterampilan” (skill) menulis karya jurnalistik (berita, artikel, feature) termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara.

Sebagai ilmu, jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa.

Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebaga ilmu, jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan.

Secara praktis, jurnalistik adalah proses pembuatan informasi atau berita (news processing) dan penyebarluasannya melalui media massa.

Dari pengertian jurnalistik secara praktis ini, kita dapat melihat adanya empat komponen dalam dunia jurnalistik:
  1. Informasi
  2. Penyusunan informasi
  3. Penyebarluasan informasi
  4. Media massa.

Informasi : News & Views

Informasi adalah pesan, ide, laporan, keterangan, atau pemikiran. Dalam dunia jurnalistik, informasi dimaksud adalah news (berita) dan views (opini).

Berita adalah laporan peristiwa yang bernilai jurnalistik atau memiliki nilai berita (news values) –aktual, faktual, penting, dan menarik. Berita disebut juga “informasi terbaru”. Jenis-jenis berita a.l.
  1. Berita langsung (Straight News/Spot News/Hard News)
  2. Berita opini (opinion news)
  3. Berita investigasi (investigative news)
  4. Berita ringan (Soft News)
Views adalah pandangan atau pendapat mengenai suatu masalah atauperistiwa. Jenis informasi ini a.l. kolom, tajukrencana, artikel, suratpembaca, karikatur, pojok, dan esai.

Ada juga tulisan yang tidak termasuk berita juga tidak bisa disebut opini, yakni feature, yang merupakan perpaduan antara news dan views. Jenis feature yang paling populer adalah feature tips (how to do it feature), feature biografi, feature catatan perjalanan/petualangan, dan feature human interest.

Penyusunan Informasi

Informasi yang disajikan sebuah media massa tentu harus dibuat atau disusun dulu. Yang bertugas menyusun informasi adalah bagian redaksi (Editorial Department), yakni para wartawan, mulai dari Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana, Redaktur Desk, Reporter, Fotografer, Koresponden, hingga Kontributor.

Pemred hingga Koresponden disebut wartawan. Menurut UU No. 40/1999, wartawan adalah “orang yang melakukan aktivitas jurnalistik secara rutin”. Untuk menjadi wartawan, seseorang harus memenuhi kualifikasi berikut ini:
1. Menguasai teknik jurnalistik, yaitu skill meliput dan menulis berita, feature, dan tulisan opini.
2. Menguasai bidang liputan (beat).
3. Menguasai dan menaati Kode Etik Jurnalistik.

News Processing

Teknis pembuatan informasi atau berita  terangkum dalam konsep proses pembuatan berita (news processing), meliputi:

1. News Planning = perencanaan berita. Dalam tahap ini redaksimelakukan Rapat Proyeksi, yakni perencanaan tentang informasi yangakan disajikan. Acuannya adalah visi, misi, rubrikasi, nilai berita, dankode etik jurnalistik. Dalam rapat inilah ditentukan jenis dan tema-tematulisan/berita yang akan dibuat dan dimuat, lalu dilakukan pembagiantugas di antara para wartawan.

2. News Hunting = pengumpulan bahan berita. Setelah rapat proyeksidan pembagian tugas, para wartawan melakukan pengumpulan bahanberita, berupa fakta dan data, melalui peliputan, penelusuran referensiatau pengumpulan data melalui literatur, dan wawancara.

3. News Writing = penulisan naskah. Setelah data terkumpul, dilakukanpenulisan naskah.

4. News Editing = penyuntingan naskah. Naskah yang sudah ditulisharus disunting dari segi redaksional (bahasa) dan isi (substansi).Dalam tahap ini dilakukan perbaikan kalimat, kata, sistematikapenulisan, dan substansi naskah, termasuk pembuatan judul yangmenarik dan layak jual serta penyesuaian naskah dengan space ataukolom yang tersedia.

Setelah keempat proses tadi dilalui, sampailah pada proses berikutnya, yakni proses pracetak berupa Desain Grafis, berupa lay out (tata letak), artistik, pemberian ilustrasi atau foto, desain cover, dll. Setelah itu langsung ke percetakan (printing process).

Penyebarluasan Informasi

Yakni penyebarluasan informasi yang sudah dikemas dalam bentuk media massa (cetak). Ini tugas bagian marketing atau bagian usaha (BusinessDepartment) –sirkulasi/distribusi, promosi, dan iklan. Bagian ini harus menjual media tersebut dan mendapatkan iklan.

Media Massa

Media Massa (Mass Media) adalah sarana komunikasi massa (channel ofmass communication). Komunikasi massa sendiri artinya proses penyampaian pesan, gagasan, atau informasi kepada orang banyak (publik) secara serentak.

Ciri-ciri (karakteristik) medi massa adalah:
  1. Disebarluaskan kepada khalayak luas (publisitas)
  2. Pesan atau isinya bersifat umum (universalitas)
  3. Tetap atau berkala (periodisitas)
  4. Berkesinambungan (kontinuitas)
  5. Berisi hal-hal baru (aktualitas).
Jenis-jenis media massa yaitu:
  1. Media Massa Cetak (Printed Media)
  2. Media Massa Elektronik (Electronic Media)
  3. Media Online (Cybermedia)
Yang termasuk media elektronik adalah radio, televisi, dan film. Sedangkan media cetak –berdasarkan formatnya— terdiri dari koran atau suratkabar, tabloid, newsletter, majalah, buletin, dan buku. Media Online adalah website internet yang berisikan informasi- aktual layaknya media massa cetak.

Produk Utama Jurnalistik: Berita

Aktivitas atau proses jurnalistik utamanya menghasilkan berita, selain jenis tulisan lain seperti artikel dan feature. Berita adalah laporan peristiwa yang baru terjadi atau kejadian aktual yang dilaporkan di media massa.

Tahap-tahap pembuatan/penulisan berita adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan fakta dan data peristiwa yang bernilai berita –aktual, faktual, penting, dan menarik—dengan “mengisi” enam unsur berita 5W+1H (What/Apa yang terjadi, Who/Siapa yang terlibat dalam kejadian itu, Where/Di mana kejadiannya, When/Kapan terjadinya, Why/Kenapa hal itu terjadi, dan How/Bagaimana proses kejadiannya)

2. Fakta dan data yang sudah dihimpun dituliskan berdasarkan rumus 5W+1H dengan menggunakan Bahasa Jurnalistik –spesifik= kalimatnya pendek-pendek, baku, dan sederhana; dan komunikatif = jelas, langsung ke pokok masalah (straight to the point), mudah dipahami orang awam.

3. Komposisi naskah berita terdiri atas: Head (Judul), Date Line (Baris Tanggal), yaitu nama tempat berangsungnya peristiwa atau tempat berita dibuat, plus nama media Anda, Lead (Teras) atau paragraf pertama yang berisi bagian paling penting atau hal yang paling menarik, dan Body (Isi) berupa uraian penjelasan dari yang sudah tertuang di Lead. (www.romelteamedia.com).*

Sumber: Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Terapan, Batic Press, Bandung, 2001; Asep Syamsul M. Romli, Kamus Jurnalistik, Simbiosa Bandung, 2009.

Media Online: Pengertian dan Karakteristik

Media Online
Media Online (Online Media) --disebut juga Digital Media-- adalah media yang tersaji secara online di internet. Pengertian Media Online dibagi  menjadi dua pengertian:

1. Pengertian Umum Media Online
Pengertian Media Online secara umum, yaitu segala jenis atau format media yang hanya bisa diakses melalui internet berisikan teks, foto, video, dan suara.

Dalam pengertian umum ini, media online juga bisa dimaknai sebagai sarana komunikasi secara online. Dengan pengertian media online secara umum ini, maka email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp, dan media sosial (social media) masuk dalam kategori media online.

2. Pengertian Khusus Media Online
Pengertian Media Online secara khusus yaitu terkait dengan pengertian media dalam konteks komunikasi massa. Media --singkatan dari media komunikasi massa-- dalam bidang keilmuan komunikasi massa mempunyai karakteristik tertentu, seperti publisitas dan periodisitas.

Pengertian media online secara khusus adalah media yang menyajikan karya jurnalistik (berita, artikel, feature) secara online.

Asep Syamsul M. Romli dalam buku Jurnalistik Online: Panduan Mengelola Media Online (Nuansa, Bandung, 2012) mengartikan media online sebagai berikut:
Media online (online media) adalah media massa yang tersaji secara online di situs web (website) internet.

Masih menurut Romli dalam buku tersebut, media online adalah media massa ”generasi ketiga” setelah media cetak (printed media) –koran, tabloid, majalah, buku– dan media elektronik (electronic media) –radio, televisi, dan film/video.
Media Online merupakan produk jurnalistik online. Jurnalistik online –disebut juga cyber journalisme– didefinisikan wikipedia sebagai “pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan didistribusikan melalui internet”.

Secara teknis atau ”fisik”, media online adalah media berbasis telekomunikasi dan multimedia (komputer dan internet). Termasuk kategori media online adalah portal, website (situs web, termasuk blog), radio online, TV online, dan email.

Karakteristik Media Online

Karakteristik dan keunggulan media online dibandingkan ”media konvensional” (cetak/elektronik) antara lain:
  1. Kapasitas luas –halaman web bisa menampung naskah sangat panjang
  2. Pemuatan dan editing naskah bisa kapan saja dan di mana saja.
  3. Jadwal terbit bisa kapan saja bisa, setiap saat.
  4. Cepat, begitu di-upload langsung bisa diakses semua orang.
  5. Menjangkau seluruh dunia yang memiliki akses internet.
  6. Aktual, berisi info aktual karena kemudahan dan kecepatan penyajian.
  7. Update, pembaruan informasi terus dan dapat dilakukan kapan saja.
  8. Interaktif, dua arah, dan ”egaliter” dengan adanya fasilitas kolom komentar, chat room, polling, dsb.
  9. Terdokumentasi, informasi tersimpan di ”bank data” (arsip) dan dapat ditemukan melalui ”link”, ”artikel terkait”, dan fasilitas ”cari” (search).
  10. Terhubung dengan sumber lain (hyperlink)yang berkaitan dengan informasi tersaji. (www.romelteamedia.com).*

Media Sosial: Pengertian, Karakteristik, dan Jenis

Media Sosial
MEDIA SOSIAL (Social Media) adalah saluran atau sarana pergaulan sosial secara online di dunia maya (internet). Para pengguna (user) media sosial berkomunikasi, berinteraksi, saling kirim pesan, dan saling berbagi (sharing), dan membangun jaringan (networking).

Jika kita mencari definisi media sosial di mesin pencari Google, dengan mengetikkan kata kunci "social media meaning", maka Google menampilkan pengertian media sosial sebagai "websites and applications used for social networking" --website dan aplikasi yang digunakan untuk jejaring sosial.

Menurut Wikipediamedia sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya (users) bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual.

Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.

Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content" (Kaplan, Andreas M.; Michael Haenlein [2010] "Users of the world, unite! The challenges and opportunities of Social Media". Business Horizons 53(1): 59–68).

Karakteristik Media Sosial

Gamble, Teri, dan Michael dalam Communication Works sebagaimana dikutip Wikipedia menyebutkan, media sosial mempunyai ciri - ciri sebagai berikut :
  1. Pesan yang di sampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa keberbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS ataupun internet
  2. Pesan yang di sampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper
  3. Pesan yang di sampaikan cenderung lebih cepat di banding media lainnya
  4. Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi

Jenis-Jenis Media Sosial

Media sosial yang populer digunakan di Indonesia antara lain
  1. Facebok
  2. Twitter
  3. Youtube
  4. Blog
  5. Google Plus
Sebagai salah satu media komunikasi, media sosial tidak hanya dimanfaatkan untuk berbagi informasi dan ins pirasi, tapi juga ekspresi diri (self expression), "pencitraan diri" (personal branding), dan ajang "curhat" bahkan keluh-kesah dan sumpah-serapah. Status terbaik di media sosial adalah update status yang informatif dan inspiratif. (www.romelteamedia.com).*

Kata Penghubung "Di Mana" dan "Yang Mana"

Tata Bahasa Indonesia tidak mengenal kata penghubung "di mana" dan "yang mana".

bahasa indonesia - dimana yang mana
BANYAK wartawan kita yang masih "lemah" dalam soal tata bahasa. Mungkin karena "terburu-buru" mengejar aktualitas dan "kesegeraan", wartawan jadi "kurang cermat" dalam penulisan beritanya. Salah satunya adalah dalam penulisan kata sambung "di mana" atau "yang mana".
Contoh: Real Madrid berpesta gol saat menjamu Real Sociedad di pekan 13 Liga Spanyol. El Realmemetik kemenangan meyakinkan dengan skor 5-1, di mana tiga gol di antaranya dibuat Cristiano Ronaldo. ("Bantai Sociedad, CR7 Pimpin El Pichichi").

Sebaiknya kata "di mana" dalam berita di atas dihilangkan.
Real Madrid berpesta gol saat menjamu Real Sociedad di pekan 13 Liga Spanyol. El Real memetik kemenangan meyakinkan dengan skor 5-1. Tiga gol di antaranya dibuat Cristiano Ronaldo.

Bahasa Indonesia tidak mengenal kata penghubung "di mana"

Bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk "di mana" (padanan dalam bahasa Inggris adalah "who", "whom", "which", atau "where") atau variasinya ("dalam mana", "dengan mana", "yang mana", dan sebagainya).

Penggunaan "di mana", "yang mana", dll. sebagai kata penghubung sangat sering terjadi pada penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia. Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata "yang" sebagai kata penghubung untuk kepentingan itu, dan penggunaannya pun terbatas. Dengan demikian, penggunaan bentuk "di mana" maupun "yang mana" harus dihindari.

Penggunaan "di mana" (selalu ditulis terpisah) yang tepat hanyalah dalam sebagai kata tanya dalam kalimat tanya, sebagai kata penghubung yang menyatakan tempat, dan dalam bentuk "di mana-mana".

Contoh:
  • Di mana ia menginap?
  • Kami akan berunding di mana ia akan menginap.
  • Di mana ia menginap, di situ keluarganya menginap.
  • Ia dapat menginap di mana-mana.
Sumber: H. Alwi; Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, Anton M. Moeliono (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.*

Pengertian Gaya Selingkung (StyleBook) Media

gaya selingkung ap stylebook
Gaya Selingkung adalah pedoman tata cara penulisan sebuah media. Dalam bahasa Inggris, Gaya Selingkung disebut Style Book, Style House, atau Style Guide. Jangan coba-coba mencari pengertian kata "selingkung" di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Anda akan "dimarahi" begini: Tidak menemukan kata yang sesuai dengan kriteria pencarian!!! 

Selingkung berasal dari kata lingkung-melingkung yaitu yang artinya "memberi batas (pagar) sekeliling". Dalam contoh kalimat, KBBI mencantumkan kata selingkung yang artinya sekeliling; sekitar; dan gaya selingkung artinya gaya yang terbatas pada satu lingkungan.

Dalam bahasa Inggris, salah satu pengertian gaya selingkung adalah sebagai berikut:

(Journalism & Publishing) a set of rules concerning spellings, typography, etc, observed by editorial and printing staff in a particular publishing or printing company.(Style House)

Jadi, Gaya Selingkung adalah pedoman, cara, atau gaya penulisan yang berlaku di lingkungan sebuah media. Dengan adanya gaya selingkung ini, wartawan akan "kompak" dalam penggunaan ejaan, kalimat, dan penulisan sebuah kata.

Stylebook as a guide for grammar, punctuation and principles and practices of reporting.

Contohnya, gaya selingkunglah yang akan memandu wartawan dalam menulis kata ka'bah/kabah, alquran/al-quran, salat/shalat/sholat, wudu/wudhu/wudlu, dan sebagainya.

Penerapan gaya selingkung satu media dengan media lainnya berbeda-beda. Tidak semua media menaati Ejaan yang Disempurnakan (EYD).

Gaya Selingkung juga berlaku di kalangan penerbit buku dan dalam penerbitan jurnal ilmiah.

Gaya Selingkung terpopuler di dunia adalah AP Stylebook. Kabarnya, Associated Press (AP) Stybook ini biasa digunakan koran-koran dan dalam industri berita di Amerika Serikat.

Media Anda sudah punya Gaya Selingkung 'kan? Awas, BUKAN Gaya Selingkuh ya...? :) Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

Cara Mengetahui Pembaca/Pengunjung Blog

melihat pengunjung blog
JIKA Anda termasuk blogger "kepo" yang ingin tahu aja atau ingin tau banget pembaca/pengunjung yang sedang membuka ke blog Anda, pasang saja widget pemantau pengunjung blog dari Who Amung Us.

Cara pasangnya mudah banget. Tidak perlu daftar (registrasi) dan gratis (free!). Anda kita tinggal pilih model, lalu Copy kode HTML yang disediakan di gallery-nya, dan Paste ke sidebar blog Anda.

Di blogspot, tinggal klik Layout > Add Gadget dan paste kodenya di sana.

Widget ini akan menampilkan data jumlah pengunjung yang sedang online di blog Anda, juga data/asal negara mereka. 

Menurut Who Amung Us, widget kecilnya ini sudah digunakan oleh 17 juta blogger di tahun pertama dan meningkat drastis menjadi 100 juta blogger di tahun keduanya! WOW...!

Jika Anda "malas" membuka langsung Who Amung Us, mau tinggal pasang, ini dia kode html untuk memantau pembaca/pengunjung blog kita:

<script id="_wauomn">var _wau = _wau || []; _wau.push(["classic", "hrjumq8cdm31", "omn"]);
(function() {var s=document.createElement("script"); s.async=true;
s.src="http://widgets.amung.us/classic.js";
document.getElementsByTagName("head")[0].appendChild(s);
})();</script>

Situs pemantau pengunjung blog lainnya masih banyak, antara lain Histats. Situs ini menyajikan data pengunjung lebih detaill. Selain menampilkan data realtime dan jumlah pengunjung, juga menampilkan daftar posting (tulisan) apa saja yang sedang dan telah dibuka oleh pengunjung.

Google Analytic: Terbaik dan Terlengkap!
Who Among Us dan Histats bisa menjadi "pembanding" bagi pemantau utama blog, yakni Google Analytic.

Kita "wajib" memanfaatkan Google Analytic untuk mengetahui jumlah pembaca/pengunjung per bulan, per minggu, per hari, bahkan per jam dan per menit! Di Google Analytic kita juga bisa memantau secara real time posting yang sedang dibuka dan jumlah pengunjung.

Selain Google Analytic, Blogger sendiri sudah menyediakan menu "Stats" (Statistik) tentang jumlah pageviews, posting terbanyak dibaca, media atau perangkat yang digunakan pengunjung untuk membuka blog kita (klik menu "Audience"), dll. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

Tiga Kesalahan dalam Membuat Slide Presentasi PowerPoint

SETIDAKNYA ada tiga kesalahan yang lazim kita lakukan dalam membuat slide presentasi PowerPoint. Ketiga pantangan ini sering kita langgar. Akibatnya, slide powerpoint dan presentasi kita kurang bahkan tidak menarik.

1. Terlalu banyak teks. 
2. Huruf (teks) terlalu kecil.
3. Berisi teks yang akan kita katakan.

Ketiga kesalahan tersebut saling terkait. Kesalahan 2 dan 3 akibat dilakukannya kesalahan 1 atau kesalahan 1 dan 2 akibat dilakukannya kesalahan 3.

Slide Presentasi PowerPoint


Slide PowerPoint adalah "alat bantu" dalam presentasi, bukan presentasi itu sendiri. Dalam teknik komunikasi public speaking, slide powerpoint itu sefungsi dengan catatan (note) yang berisi ponters atau garis besar materi pembicaraan.

Nah, kalo si slide itu berisi "semua teks" yang akan kita sampaikan, biarkan saja audiens membaca sendiri, 'gak usah kita bacakan. Tul gak...?

Membacakan tiap kata yang ada dalam slide (Reading Off Each Word) adalah kesalahan yang lazim dilakukan presenter, kecuali presenter berita televisi yang memang SEHARUSNYA membacakan semua teks (naskah berita) yang disediakan dalam teleprompter.

Presentasi yang baik, kata para ahli nih, bukan membacakan teks yang ada dalam slide, tapi menjelaskan atau menguraikannya. Yang kita katakan/ucapkan, sebaiknya berbeda dengan yang ditampilkan di slide. Kalau sama, itu artinya "membacakan" isi slide buat audiens --kecuali jika memang audiensnya tidak bisa baca :)

Slide Presentasi PowerPoint yang Baik

Sebaiknya, slide powerpoint itu berisi pointer, kata kunci, sistematika, atau ringkasan materi presentasi. Idealnya satu slide hanya berisi TIGA POIN. Istilahnya, dalam teknik presentasi, adalah Rule of Three.

Dengan begitu, ukuran huruf (font size) pun bisa memenuhi ukuran ideal slide powerpoint, yakni minimal 30 poin sebagaimana dikemukakan Guy Kawasaki dalam The 10/20/30 Rule of PowerPoint.

Tips ini saya share ke Anda sekaligus ngingetin diri sendiri juga nih yang "sering" malas membuat slide presentasi powerpoint yang baik dan benar. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

11 Cara Agar Blog Cepat Terindeks Google

Terindeks Google
Begitu kita membuat blog, khususnya di Blogger, sebenarnya cepat-atau lambat otomatis blog kita akan terindeks di mesin pencari Google, apalagi blogger milik Google. Umumnya blog baru terindeks Google dalam 2-3 hari.

Namun, jika Anda "tidak sabaran" alias ingin blog cepat terindeks Google, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan.

Mengapa indeks Google? Google adalah mesin pencari terpopuler di dunia. Situs mesin pencari ini juga hampir selalu nangkring di posisi pertama dalam daftar peringkat situs terpopuler di dunia versi Alexa.

Blog terindeks Google artinya peluang "ditemukan" oleh user (pembaca) di seluruh dunia terbuka lebar. Banyaknya pengunjung (trafik) adalah indikator blog sukses.

11 Cara Agar Blog Cepat Masuk Indeks Google

1. Gunakan Google Webmaster Tool.
2. Gunakan Google FeedBurner.
3. Manfaatkan Google Analiytic.
4. Daftarkan/Ping Blog Anda ke Blog Search Google.
5. Daftarkan/Ping Blog Anda ke www.google.com/addurl dan Google Ping.

6. Share atau Publikasikan ke Facebook dan Twitter. Copy URL Blog Anda dan Paste di Status Update.
7. Kirim link blog Anda via email ke teman-teman, kerabat, atau kolega.
8. Sertakan link blog Anda di email (bagian akhir email).
9. Cantumkan blog Anda di profil akun Facebook, Twitter, dll.
10. Tulis "Basic Article" --posting pertama blog yang berisi tentang deskripsi blog

11. Gunakan template blog SEO Friendly, Fast Loading, dan tulis SEO Meta Tags (Title, Descriptions, dan Keywords).

Itulah 11 Cara Agar Blog Cepat Masuk Indeks Google. Namanya juga ikhtiar (usaha), bisa sukses bisa tidak. Tapi yakinlah, posting yang baik --Google mengistilahkannya dengan Quality Content (Konten Berkualitas)-- akan mendapatkan tempat yang baik pula di mesin pencari dan pembaca.

Tips serupa yang plus gambar bisa Anda simak di Wikihow: How to Get Your Website Indexed by Google.

Selain ke Google, daftarkan pula blog Anda ke mesin pencari selain Google seperti Bing.

Haduh.... rumit bin njlimet juga ya? Ya... kalo mau sukses memang harus "berakit-rakit ke hulu"... :) (www.romelteamedia.com).*

*** BAGI NEWBIE, kunjungi: Klinik Blogging

Menggugat Lembaga Survei

lembaga survei
LEMBAGA survei layak digugat, setidaknya oleh kalangan media sendiri yang "doyan" publikasi hasil survei.

"Partai Politik Berbasis Massa Islam Menjungkirbalikkan Survei," tulis kompas.com. "Parpol Islam Patahkan Ramalan Survei," tulis inilah.com.

Masih ada beberapa judul sejenis yang intinya "menggugat lembaga survei". Bahkan, "Efek Jokowi Rekaan Lembaga Survei Belaka," tulis Kompas.com.

Judul-judul berita yang bernada "menyudutkan" lembaga survei itu muncul, setelah fakta/data hasil hitung cepat (quick count) menunjukkan bahwa hasil-hasil survei sebelum Pemilu Legislatif 9 April 2014 digelar keliru. Nyaris semua lembaga survei menyatakan: partai Islam akan tenggelam, takkan laku, alias terpuruk.

Nyatanya tidak demikian. Hasil hitung cepat menunjukkan partai politik Islam tetap berkibar dalam Pemilu 2014, kecuali PBB yang tetap "terpuruk".

LSI Sang Pelopor

Sejak era reformasi, lembaga-lembaga survei menjamur. Dipelopori kemunculan Lembaga Survei Indonesia (LSI) pimpinan “trio” Saiful Mudjani, Denny JA, dan M. Qodari, lembaga sejenis pun bermunculan, juga diawali dengan perpecahan ketiga “trio” tersebut. 

Saiful Mudjani tetap memimpin LSI. Denny JA “out” dan mendirikan Lingkaran Survei Indonesia (disingkat LSI juga). M. Qodari pun “gerah” di LSI, keluar, dan mendirikan “kerajaan baru” bernama Indo Barometer.

Selain ketiga lembaga tersebut, lembaga survei lainnya antara lain Lembaga Survei Nasional (LSN), Lembaga Survei dan Kajian Nusantara (Laksnu), Indonesian Research Development Institute (IRDI), Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis), Lembaga Survey Sosial Indonesia, Lembaga Survey dan Manajemen Publik Indonesia, Jaringan Survey Manajemen Publik Indonesia, dan Sentra Informasi Kebijakan Publik Indonesia.

Ada pula Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Sugeng Suryadi Syndicate (SSS), Centre for Electoral Reform (Cetro), Centre for the Study of Development and Democracy (CESDA), Pusat Kajian Ilmu Politik UI (Puskapol UI), serta beberapa lembaga sejenis di daerah-daerah.

Fungsi Survei

Secara normatif, fungsi survei adalah “menjembatani” kepentingan publik (rakyat) dengan penentu kebijakan publik (pemerintah dan elite politik).

Fungsi awal survei, jajak pendapat, polling, atau apa pun namanya adalah memantau opini publik; “mengintip” persepsi, harapan dan evaluasi publik terhadap sebuah kebijakan politik, juga mengukur apa yang dipikirkan masyarakat.

Survei juga “mengintip” pendapat (opini) serta harapan masyarakat terhadap pejabat/politisi ataupun institusi yang ada, mendekatkan keputusan-keputusan publik dengan aspirasi publik. Hasil survei dipandang sebagai “baromete” aspirasi masyarakat yang menjadi acuan dalam pembuatan keputusan.

Hasil survei setidaknya berguna sebagai “bahan tulisan” bagi para peneliti untuk menulis artikel di media. Tulisan mereka menjadi “layak muat” karena dukungan data “ilmiah” hasil survei itu. Mereka “hanya” menjabarkan hasil survei lembaganya. Hasil survei itu pula yang membuat mereka menjadi narasumber dalam berbagai acara talkshow di televisi yang menjadikan mereka sebagai pengamat politik.

Kekuatan Kelima

Secara garis besar ada dua jenis survei. Pertama, Survei Publik. Jenis ini sifatnya nonkomersial dan dilakukan atas permintaan lembaga-lembaga publik untuk dipublikasikan.

Kedua, Survei Komersial yang dilakukan atas permintaan individu, kelompok, atau lembaga swasta lainnya. Hasil survei ini sepenuhnya untuk klien dan tidak dipublikasikan kecuali klien bersangkutan menghendakinya.

Karena “menerima pesanan”, lembaga survei umumnya juga menerima “pertanyaan titipan” yang disesuaikan dengan kebutuhan klien.

Kredibilitas lembaga-lembaga survei belakangan dipertanyakan akibat munculnya dugaan “pesanan” itu. Apalagi dalam beberapa kasus, hasil survei tidak cocok dengan fakta, seperti terjadi dalam hasil Pemilu Legislatif 2014.

Bak pedagang asongan dan kaki lima, di mana ada keramaian, mereka berbondong-bondong ke tempat itu. Demikian pula para “ilmuwan” atau periset. Karena “basah”, hasil survei bisa diperdagangkan, bahkan “bisa pesan”, lembaga survei pun bermunculan dan menjadi lembaga komersial dan bahkan berperan ganda: peneliti sekaligus konsultan atau tim sukses.

Lembaga survei kini dinilai sebagai “kekuatan kelima” (fifth estate) di belakang “kekuatan keempat” (fourth estate) –yakni media massa, di samping tiga kekuatan dalam “trias politica”–Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif.

Disebut “kekuatan kelima” karena lembaga survei kini dinilai sebagai “algojo” penentu opini publik. Dengan kata lain, alih-alih mengintip opini publik, lembaga survei justru menjadi pembentuk opini publik itu sendiri.

Dengan kata lain, publikasi hasil survei dinilai sebagai bagian dari upaya menggiring opini dan memengaruhi pilihan rakyat. Perilaku pemilih berupa “ikut yang rame” atau “ngikut yang bakal menang” dimanfaatkan sebaik mungkin oleh lembaga survei dan para sponsornya. Hasil survei dapat menjadi bahan kampanye: “Survei membuktikan, kamilah yang unggul, maka pilihlah kami…”.

‘Pelacuran Intelektual’?

Tudingan tidak sedap, bahkan “kasar”, pun muncul kepada kalangan peneliti yang umumnya para intelektual atau akademisi bergelar master atau doktor itu.

Seringnya publikasi hasil “survei pesanan” memunculkan “cap”: para intelektual itu sudah “melacurkan diri” alias menjadi “pelacuran intelektual” –sebuah tudingan yang tentu saja dibantah para peneliti atau lembaga survei.

Berkedok “metode ilmiah”, para peneliti bisa saja mengarahkan hasil surveinya dengan memilih responden yang sudah ditunjuk atau dipersiapkan.

Jika menginginkan hasil survei menunjukkan partai A unggul, maka pilihlah responden yang “diduga” sebagai kader atau simpatisan partai A itu. Data pun valid, dapat dipertanggungjawabkan, dan “silakan cek data dan lembaran hasil survei kami”.

Masihkah lembaga dan hasil survei bisa dipercaya? (www.romelteamedia.com).*