Penulisan Kata Baku: Yang Benar Pebalap atau Pembalap?

Valentino Rossi Pebalap MotoGP
TIAP kali membaca berita tentang balap sepeda motor yang dikenal dengan sebutan MotoGP --singkatan dari Motorcycle Grand Prix (Grand Prix Sepeda Motor), juga berita olahraga balap lainnya, kita lebih sering menemukan wartawan menulis pengendara atau peserta balapan dengan kata "pebalap", bukan "pembalap".

Misalnya, pebalap Movistar Yamaha, Valentino Rossi, menjadi juara MotoGP Inggris 2015. The Doctor --julukan Rossi-- mengalahkan rekan setim sekaligus pesaing terkuatnya, Jorge Lorenzo, dan pebalap Repsol Honda, Marc Marquez.

Contoh Lain (Judul Berita Situs Berita Online):
  • Pebalap Sepeda Valverde Sukses Singkirkan Sagan (Kompas)
  • Pebalap Surabaya juarai Super Moto IIMS 2015 (ANTARA)
  • Pebalap Junior Aceh Berlaga di Asia Talent Cup di Malaysia (Tempo)
  • Bos Yamaha: Rossi Pebalap Tua yang Fenomenal (CNN Indonesia)
  • Daftar Pebalap MotoGP Berkemenangan Terbanyak (Tribunnews).
Apakah penulisan kapa "pebalap" itu sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia (kata baku)?
    Mari kita buka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dengan entry kata "balap":
    • ba·lap n 1 (lomba) adu kecepatan: -- mobil; 2 pacuan: -- kuda;  
    • ber·ba·lap·an v saling berlomba adu cepat; saling berpacu: kedua anak itu - lari pulang ke rumah 
    • mem·ba·lap v berlari kencang hendak mendahului orang yg berlari di depannya;  
    • mem·ba·lap·kan v membawa (kendaraan dsb) berlari kencang: - sepedanya;  
    • ba·lap·an cak 1 v berbalapan; 2 n lomba adu kecepatan (mobil dsb);  
    • pem·ba·lap n orang yg turut dl lomba adu cepat 
    Jelas, dari data di atas, penulisan pebalap yang benar atau baku, menurut Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) sebagaimana tercantum dalam KBBI di atas, adalah PEMBALAP, bukan PEBALAP.

    Selain itu, EYD juga mengatur, awalan pe + konsonan b menjadi "pem", seperti:
    • Pe + Balap = Pembalap
    • Pe + Banding = Pembanding
    • Pe + Bantu = Pembantu
    • Pe + Bantai = Pembantai
    • Pe + Baca = Pembaca
    MENGAPA JADI PEBALAP?
    Kalo gitu, wartawan Kompas, Tempo, dll. itu, yang nulis pebalap (bukan pembalap), nyalahi aturan kaidah bahasa dong? Ya, kalo acuannya KBBI dan EYD.

    Namun, yang menjadi acuan dalam penulisan istilah dan berita olahraga adalah Pe + Nama Olahraga. Contohnya, selain Pe + Balap = Pebalap a.l.


    • Pe + Balap = Pebalap
    • Pe + Catur = Pecatur
    • Pe + Renang = Perenang
    • Pe + Golf = Pegolf
    • Pe + Tenis = Petenis
    • Pe + Tinju = Petinju 
    • Pe + Silat = Pesilat
    • Pe + Sebakbola = Pesebakbola
    Memang sih, harus diakui,  "rumus" demikian tidak konsisten untuk jenis olahraga lain, misalnya:
    • Pe + Panah = Pepanah (?) 
    • Pe + Panjat Tebing = Pepanjat Tebing (?)
    Jadi, bagaimana dong? Pilih yang enak aja! Gak usah ribut! Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

    Baca Juga: Opini Wartawan dalam Berita Olahraga

    Jurnalisme Judul - Headline Journalism

    Jurnalisme Judul - Headline Journalism
    JURNALISME Judul (Headline Journalism) adalah sebutan lain jurnalistik online karena media online --sebagai sarana publikasi jurnalistik online-- menjadikan judul sebagai "jualan utama" untuk mendatangkan pembaca (reader), pengunjung (visitor), atau pengguna (user).

    Saya sudah berkali-kali membuat posting tentang judul berita media online yang menjebak dalam tags "clickbait" di blog ini.

    Jurnalisme Judul juga merujuk pada kebiasaan pembaca (reader's habit) media online yang membaca berita media online mulai dari judulnya doang dan sering hanya judul.

    Hasil sebuah penelitian --yang belum saya temukan sumbernya-- menunjukan, pembaca online hanya butuh waktu 3-5 detik untuk menyimpulkan apakah berita yang "lewat" di layar monitor komputer atau gadgetnya layak dibaca atau tidak.

    Jurnalisme judul saat ini merujuk pada kalangan wartawan atau media online yang berlomba-lomba membuat judul berita yang sekiranya membuat penasaran pembaca. Judul berita clickbait menjadi tren dan favorit media-media online saat ini, seperti penggunaan Kata Penunjuk dan Kata Seru.

    Jurnalisme judul versi media online saat ini juga cenderung menjadi "jurnalisme kuning" (yellow journalism). Situs berita pun banyak yang menjelma menjadi "koran kuning digital" yang mengedepankan judul sensasional dan bombastis yang seringkali menipu pembaca.

    Dulu pembaca yang berkomentar "wow", "duh", "menyedihkan", "sadis", atau "merinding" saat membaca berita. Kini, dengan jurnalisme judul, wartawan sendiri yang mengatakannya dalam judul berita yang dibuatnya.

    Contoh:
    Judul-judul di atas dikenal sebagai "clickbait", umpan klik, yang merupakan modus media online untuk menarik minat pembaca.

    Wartawan penganut jurnalisme judul dan jurnalisme clickbait tidak mikir lama untuk membuat judul berita. Cukup menulis "Ini komentar Ahok soal....", "Ini jawaban Emil soal Stadion GBLA", dan sejenisnya.

    Banyak --kalau tidak kebanyakan-- judul situs berita saat ini bukan contoh jurnalistik yang baik. Kehadiran media sosial dan "kejang rating situs" (traffic) menjadi pendorong terkikisnya jurnalisme yang baik.

    Jurnalisme judul juga dipengaruhi oleh trik SEO yang membuat wartawan (editor) mengejar kata kunci yang sekiranya dicari di mesin telusus. Jadilah jurnalisme judul yang "gak karuan" seperti judul berita sepakbola berikut ini:

    • Berita Transfer Pemain Eropa 2015/2016 Terbaru : Manchester United Siap Tebus Neymar 140 Juta Pounds
    • Hasil Everton VS Manchester City Skor 0-2 FT : Kolarov Dan Nasri Bawa City Raih Poin Sempurna
    • Berita Bola : Ini Tanggapan Enrique Terkait Kabar Transfer Neymar. 
    Jurnalistik atau media online memang membawa perubahan signifikan terhadap cara dan gaya penulisan judul berita. Judul berita media online tidak hanya ditujukan buat pembaca, tapi juga media sosial dan mesin pencari. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

    Dasar-Dasar SEO Blog untuk Blogger Pemula

    Dasar-Dasar SEO Blog untuk Blogger Pemula
    Tips & Trik SEO Dasar untuk Blogger Pemula: 10 Dasar SEO Blog yang Wajib Diketahui dan Diterapkan.

    NGEBLOG atau Blogging itu butuh trik Search Engine Optimization (SEO) atau Pengoptimalan Mesin Pencari agar blog kita mudah dan cepat terindeks mesin pencari, khususnya Google, dan tampil di halaman pertama hasil pencarian.

    Blog yang mudah diindeks Google dan tampil di posisi teratas halaman hasil pencarian (SERP) akan lebih banyak mendapatkan pengunjung, pageviews, trafik, dan akhirnya populer dan bisa pasang iklan Google Adsense --make money with blog.

    Berikut ini 10 dasar SEO untuk pemula (blogger newbies) yang disadur dari SEO for Idiots: The 10 Basics of Blogging Search Engine Optimization dengan penambahan dan pengurangan. 

    10 Tips SEO untuk Blogger Pemula

    Tips aslinya fokus ke blog selfhosting, diedit menjadi tips seo blog untuk blogger sebagai berikut:

    1. Domain dan Hosting Sendiri

    Ngeblog dengan nama domain dan hosting sendiri akan lebih kredibel dan lebih SEO Friendly. Google menyukai blog yang tampak profesional dan dikelola dengan serius.

    Harga domain dan sewa hosting cukup murah, di kisaran 200-ribuan per tahun untuk situs web (blog) kapasitas standar. Namun, bagi Anda yang nyaman di bog gatis blogger, lakukan saja Custom Domain --menggunakan nama domain sendiri.
    1.  Contoh Blog Custom Domain. This Blog! Dari http://romelteamedia.blogspot.com menjadi http://www.romelteamedia.com.
    2. Contoh Blog Selfhosting CMS Wordpress: www.romeltea.com
    3. Contoh Blog Subdomain Blogspot: http://blogromeltea.blogspot.com
    2. Isi Blog dengan Konten Asli
    Pastikan posting atau tulisan blog Anda asli karya sendiri (bukan Copy Paste), unik, dan menarik. 
    • Teks -- Buatlah tulisan hasil pemikiran dan kata-kata sendiri. Tulisan blogger lain bisa menjadi rujukan dan sebutkan sumber (link) jika Anda mengutipnya.
    • Foto -- Sangat baik jika mengupload foto hasil jepretan sendiri. Jika tidak, Anda bisa menggunakan foto di Flikr atau  Photobucket.
    • Video -- Buatlah video tutorial atau apa pun  dengan menggunakan webcam sendiri. Upload ke akun Youtube Anda, lalu pasang kode tempelnya (embeded) di posting blog Anda.
    3. Dapatkan Backlink secara Alami
    Backlink atau Inbound Link adalah tautan ke blog Anda yang ada di blog atau situs web lain. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membangun backlink a.l.
    • Jangan pernah membeli backlink
    • Buatlah akun media sosial sebanyak mungkin dan buatlah backlink blog di profile Anda. 
    • Share posting Anda di media sosial.
    4. Gunakan Template Blog SEO Optimized
    Jangan menggunakan sembarangan template, asal bagus misalnya. Template blog SEO Friendly sangat banyak dan bisa didownload gratis.

    Ciri utama template blog seo friendly yaitu menggunakan meta tags seo, fast loading (ringan, cepat tampil), dan mobile friendly atau responsif.

    5. Gunakan Struktur Pemalink yang Baik

    Gunakan  "Custom Permalink" di menu "Permalink" saat Anda menulis posting. Contoh, posting ini menggunakan Custom Pemalink yang tadinya:


    http://www.romelteamedia.com/2015/08/dasar-dasar-seo-blog-untuk-blogger.html


    menjadi:

    http://www.romelteamedia.com/2015/08/dtips-dasar-seo-blog-blogger-pemula.html 

    6. Daftarkan Sitemap
    Tidak ada yang dapat menjamin peringkat #1 di Google. Demikian kata Google dalam Panduan SEO. "satu-satunya cara untuk mengirimkan situs ke Google secara langsung adalah melalui laman Tambah URL kami atau dengan mengirimkan Peta Situs dan Anda dapat melakukannya tanpa biaya sedikit pun!"
    7. Komentar di Blog Lain
    Di blogsphere hal ini dikenal dengan sebutan "blogwalking", jalan-jalan ke blog orang lain, baca, dan tinggalkan jejak dengan berkomentar. Tapi jangan "nyepam", yaitu menuliskan link aktif di isi komentar, atau komentar pendek lalu "minta kunjungan balik (kunbal".

    Baca juga:

    8. Bangun Profil Sosial Media

    Buatlah akun media sosial sebanyak mungkin. Lengkapi profilnya dengan alamat blog Anda. Ini dikenal juga dengan nama "Social Media SEO" selain share atau distribusikan posting blog ke media sosial.

    Jangan abaikan Google Plu! Google+ sekarang menjadi faktor penting dalam peringkat SEO.

    9. Gunakan SEO Plugins.
    Ini khusus untuk blog selfhosted CMS Wordpress. Yang terkenal seo killer adalah "SEO WP Yoast" dan "All in One SEO Pack".

    10. Baca, pelajari, dan gunakan SEOmoz.
    Sering-seringlah buka dan baca situs SEOmoz dan tips seo blog lainnya. Pelajari dan terapkan.

    Demikian sebagian Teknik Dasar SEO Blog untuk Pemula. Pengelola situs web instansi/perusahaan juga bisa mengintip trik seo ini agar situsnya ramai pengunjung. Praktisi Humas wajib paham SEO lho! Wasalam. (http://www.romelteamedia.com).*

    Cara Menulis Naskah Berita Radio & TV - Jurnalistik Penyiaran

    jurnalistik radio
    Cara Menulis Naskah Berita Radio & TV: Ringkas, Lugas, Bahasa Tutur, Menulis untuk Telinga.

    MELENGKAPI posting sebelumnya, Prinsip Dasar Jurnalistik Radio, berikut ini saya sadurkan teknis, cara, atau gaya menulis berita untuk radio.

    Selain itu, posting teknik penulisan naskah berita radio (radio news script) juga sebagai "materi" perkuliahan Jurnalistik Radio yang "biasa" saya ampu di Jurusan Komunikasi UIN Bandung. Rumornya sih, semester ini saya masih pegang :)

    Posting tentang teknik jurnalistik radio ini, terutama soal cara penulisan naskah (script), saya sarikan dari paper News Writing for Television and Radio dan Writing Style Differences Newspaper, Radio, and Television News.

    Menulis untuk Mata dan Telinga

    Menulis naskah berita untuk radio dan televisi berbeda dengan menulis untuk media cetak dengan beberapa alasan.

    1. Durasi Terbatas
    Anda memiliki ruang dan waktu yang lebih sedikit untuk menyajikan informasi berita. Karenanya, Anda harus membuat prioritas dan meringkas informasi dengan hati-hati.

    2. Audiens Tak Bisa Mengulang
    Pendengar Anda tidak bisa membaca ulang kalimat yang mereka tidak pahami saat pertama kali mendengarkan; mereka harus memahami informasi dalam sebuah siaran berita sebagaimana mereka dengarkan dan lihat. Maka dari itu, Anda harus menulis naskah berita dengan sederhana dan jelas (simple and clear). 

    3. Menulis untuk Telinga
    Anda menulis untuk "telinga". Di media cetak, Anda menulis untuk "mata". Berita radio dan televisi harus terdengar baik --mudah dimengerti saat didengarkan dan ditonton.

    Selain itu, di berita radio, pendengar tidak bisa melihat video tentang informasi yang Anda sampaikan. Anda harus menggambarkan apa pun dalam bentuk kata kata (verbal descriptions).

    Berita televisi dan radio harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
      1. Gaya penulisan hendaknya percakapan. 
      Tulis sebagaimana Anda mengucapkannya (Write the way you talk).

      2. Tiap kalimat hendaknya ringkas dan hanya berisi satu gagasan. 
      Kita tidak selalu berbicara dalam kalimat panjang. Kalimat lebih ringkas lebih baik dalam penulis berita penyiaran. Tiap kailmat harus fokus pada ide tertentu.

      3. Sederhana dan langsung (lugas).
      Jika Anda memberi informasi terlalu banyak, maka audiens Anda tidak akan bisa menyerapnya. Pilihlah kata-kata yang familiar bagi semua orang.

      4. Baca naskah dengan "keras" (lantang). 
      Atribut terpenting dalam menulis untuk  "telinga" adalah membacanya dengan keras. Ini akan memberi Anda "feeling" untuk timing, transisi, aliran informasi, dan gaya percakapan. Audiens Anda akan mendengar berita radio dan tv Anda, bukan membacanya, maka berita harus "enak di telinga".

      Struktur Penulisan Berita Radio & Televisi

        1. Ringkas. 
        Berita suratkabar yang baik terdiri dari ratusan hingga ribuan kata. Namun, berita yang sama di tv dan radio harus bisa disampaikan dalam 30 detik --mungkin tidak lebih dari 100 kata. Jika ini berita penting, mungkin durasinya bisa 90 detik atau dua menit.

        2. Gunakan tatabahasa (grammar) yang benar. 
        Naskah siaran berita dengan tatabahasa yang salah akan menyulitkan yang baca (news presenter) dan pendengar.

        3. Simpan informasi penting di awal naskah. 
        Menulis berita radio & tv hakikatnya sama dengan menulis untuk media cetak. Anda harus menuliskan fakta terpenting di awal kalimat (lead/teras). Gaya ini dikenal dengan sebuta "piramida terbalik" (inverted pyramid) --yang terpenting di awal, lalu yang penting. Yang gak penting 'gak usah ditulis!

        4. Tulis teras yang baik.  
        Awali berita Anda dengan jelas dan akurat. Berita radio/tv harus pas untuk durasi 30 s.d. 90 detik. Alinea pertama naskah berita radio/tv sebaiknya lebih ringkas ketimbang berita suratkabar.

        5. Gunakan kalimat-kalimat pendek, sekitar 20 kata per kalimat. 
        Penyiar harus bisa bernapas. Kalimat panjang akan menyulitkan penyampai berita menarik napas.

        6. Tulis sebagaimana orang-orang mengatakannya. 
        Gunakan bahasa tutur atau kata-kata yang biasa diucapkan.

        7. Kalimat Sederhana
        Gunakan struktur kalimat yang sederhana: subjek -- kata kerja -- objek (subject − verb − object).

        8. Gunakan kalimat dan kata kerja aktif. 
        Lebih baik "ia menendang bola" daripada "bola ditendang oleh dia".

        Teknik Menulis Berita Radio & Televisi

          1. Nama
          Gunakan nama lengkap orang saat pertama kali ditulis, lalu gunakan nama singkat atau panggilan.

          2. Kata Asing
          Tuliskan cara pengucapan kata-kata asing dan kata-kata yang sulit diucapkan.

          3. Atribusi + Nama
          Jangan tulis nama di awal kalimat. Tulis atribusi atau jabatan, baru nama. Jangan tulis "Ahmad, dosen UIN Bandung, mengatakan hari ini..." tapi tulislah "Dosen UIN Bandung --Ahmad-- mengatakan hari ini..."; 

          4. Usia
          Usia: Tulis "Seorang mahasiswa UIN Bandung --Ahmad-- berusia 20 tahun tadi pagi...  ", jangan tulis gaya suratkabar "Seorang mahasiswa UIN Bandung,  Ahmad (20 thn), tadi pagi..."

          5. Kutipan/Kalimat Langsung
          Hindari menulis kutipan langsung  dalam naskah berita. Gunakan soundbite jika memungkinkan. Jangan tulis: "Saya akan datang besok," ujarnya, tapi tulislah: "Ia mengatakan akan datang besok".

          6. Singkatan
          Hindari singkatan, kecuali yang sudah akrab di telinga pendengar. Sebutkan kepanjangannya di awal kalimat.

          7. Simbol

          Hindari penulisan simbol, ganti dengan cara pengucapannya. Jangan tulis "Rp10.000", tapi tulis "sepuluh ribu rupiah".

          8. Tanda Baca
          Gunakan tanda-tanda baca (punctuation) yang benar. Gunakan tanda "double dash" (--) untuk jeda lebih lama. Gunakan garis bawah (underline) untuk penekanan.

          9. Penulisan Angka. 
          Gunakan huruf untuk angka 1 s.d. 11 (satu, dua tiga, ... sebelas). Gunakan angka untuk 12 s.d. 999. Gunakan kombinasi angka dan hurup untuk angka di atas 999 (20-ribu, 211-juta).

          Format Naskah Berita Radio & Televisi

          1. Bertahun-tahun lalu, naskah berita radio & televisi ditulis dalam huruf kapital semua (all uppercase/all caps), tapi kini sudah berubah menjadi "normal" --huruf kapital hanya untuk kata pertama dan huruf pertama nama. 
          2. Jangan tulis kalimat/naskah berita bersambung ke halaman berbeda. Tuntaskan naskah berita dalam satu halaman. Berita lain di halaman berikutnya. 
          3. Jika perlu, tulis naskah berita dengan spasi ganda --untuk memberi ruang jika ada koreksi/salah ketik.
          Demikian tatacara penulisan naskah berita radio & televisi yang "khas" dan berbeda banget dengan cara menulis berita untuk media cetak dan media online. Naskah berita bukan untuk dibaca pendengar, tapi didengarkan mereka. Yang baca... ya, presenter atau penyiar di studio. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

          "Menghaturkan" Bukan Kata Baku, Jauhkan dalam Surat Resmi!

          kata baku bahasa indonesia
          Kita sering mendengar atau membaca kalimat seperti ini: "Kami menghaturkan terima kasih" atau "Kami haturkan terima kasih". Kata haturkan tidak baku. Yang baku: sampaikan atau ucapkan.

          KATA "menghaturkan", "haturkan", atau "hatur" bukan kata baku bahasa Indonesia. Kata-kata tersebut "tidak diakui" atau tidak ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

          Jika kita cek kata "hatur" --kada dasar "menghaturkan"-- di KBBI, maka akan keluar penjelasan begini: "Tidak menemukan kata yang sesuai dengan kriteria pencarian!!!"

          Laman Badan Pengembangan Bahasa Kemendikbud menjelaskan, penggunaan kata haturkan tidaklah tepat karena kata haturkan itu masih bersifat kedaerahan yang tidak boleh digunakan dalam surat resmi. "Surat resmi menuntut penggunaan kosakata baku bahasa Indone­sia," jelasnya. 

          Dijelaskan, kata haturkan lebih tepat jika diganti dengan kata ucapkan --apabila kita menekankan pada keinginan untuk mengucapkan sesuatu-- atau kata sampaikan --apa­bila kita memang ingin menyampaikan sesuatu.

          Setahu saya, kata "hatur" itu berasal dari bahasa Sunda: "hatur nuhun", "haturan", "dihaturanan", "dihaturkeun", "hatur lumayan", "ngahaturkeun" yang berarti "menyampaikan" atau "memberikan".

          Hatur nuhun artinya terima kasih --menyampaikan rasa terima kasih.

          Dengan demikian, ungkapan "Kami menghaturkan terima kasih atas kehadiran..." itu keliru atau tidak baku.

          Jika hendak menggunakan kata baku, maka --sebagaimana dikemukakan Lembaga Pengembangan Bahasa di atas-- kata "menghaturkan" harus diganti menjadi  "Kami menyampaikan terima kasih atas kehadiran...".

          Bagaimana kalau ada yang tetap menggunakan kata "menghaturkan"? Tidak apa-apa...! Cuma tidak baku doang kok...!

          Tidak ada sanksi bagi mereka yang menggunakan kata "menghaturkan". Tidak ada UU atau pasal di KUHP yang mengatakan bahwa menggunakan kata "menghaturkan" itu merupakan sebuah tindak pidana!

          Saya pun menghaturkan, eh... menyampaikan terima kasih kepada Anda yang sudah berkunjung ke blog ini. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

          Prinsip Dasar Jurnalistik Radio

          Buku Jurnalistik Radio
          Prinsip Dasar Jurnalistik Radio: Teknis & Non-Teknis. Keterampilan, Wawasan, dan Etika Jurnalisme Penyiaran Radio.

          SEBUAH panitia workshop kepenyiaran meminta saya menjadi salah satu narasumber dengan tema "Prinsip Jurnalistik di Lembaga Penyiaran Radio". Saya ringkas saja menjadi "Prinsip Jurnalistik Radio".

          Menurut Kamus Bahasa (KBBI), prinsip artinya asas atau dasar. Prinsip Jurnalistik Radio, dengan demikian, sama dengan Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Teknik Dasar Jurnalistik Radio yang sudah saya share sebelumnya di blog saya yang lain.

          Secara "lengkap" dan "ilmiah", jurnalistik radio sudah saya tulis dalam buku Broadcast Journalism: Panduan Reporter, Penyiar, dan Scriptwriter (Penerbit Nuansa, Bandung, 2009).

          Pengertian Jurnalistik Radio

          Jurnalistik Radio –disebut juga radio journalism, broadcast journalism, jurnalisme audio, jurnalistik penyiaran– yaitu proses penyebarluasan informasi (berita) melalui media radio.

          Karena radio is sound, media komunikasi massa yang hanya memproduksi suara sebagai penyampai pesan, maka karya jurnalistik (berita, feature, artikel) yang disajikan melalui radio pun berupa suara (sound), baik suara manusia (human voice) maupun suara lain seperti Sound Effect (FX) dan rekaman suasana lokasi peristiwa (wildtracking).

          Jurnalistik radio adalah penyebarluasan infomasi aktua dengan cara “bercerita” (storytelling), yakni menceritakan atau menuturkan sebuah peristiwa atau masalah secara lisan (verbal) dengan gaya percakapan (conversational).

          Karakteristik Jurnalistik Radio

          Karakteristik jurnalistik radio tidak lepas dari karakter radio, yaitu:
          1. Auditif. Untuk didengarkan, untuk telinga, untuk dibacakan atau disuarakan.
          2. Spoken Language. Menggunakan bahasa tutur atau kata-kata yang biasa diucapkan dalam obrolan sehari-hari (spoken words). Kata-kata yang dipilih mesti sama dengan kosakata pendengar biar langsung dimengerti.
          3. Sekilas. Tidak bisa diulang. Karenanya harus jelas, sederhana, dan sekali ucap langsung dimengerti.
          4. Global. Tidak detail, tidak rumit. Angka-angka dibulatkan, fakta-fakta diringkaskan.

          Prinsip Dasar Jurnalistik Radio: Teknis

          Prinsip atau dasar-dasar jurnalistik radio dibagi menjadi dua bagian, yaitu teknis dan non-teknis.

          Secara teknis, dasar jurnalistik radio yang mesti dipahami atau dikuasai oleh jurnalis, reporter, news presenter, news anchor, atau praktisi jurnalistik radio meliputi:
          1. Writing Skills
          2. Speaking Skills
          Writing Skills
          Jurnalis radio mesti mempunyai wawasan dan keterampilan (knowledge & skill) seputar penulisan naskah berita radio yang harus menggunakan bahasa tutur atau bahasa percakapan dengan menggunakan kata-kata yang biasa digunakan sehari-hari (spoken words), ringkas, jelas, sederhana, dan mudah dimengerti.

          Jurnalis radio harus menguasai teknik penulisan berita secara umum, termasuk soal etika pemberitaan (kode etik jurnalistik), elemen pemberitaan (5W+1H), nilai berita (news values), angle (sudut berita), bahasa jurnalistik yang hemat kata dan lugas, serta struktur penulisan berita yang bertumpu pada teras (news lead).

          Naskah berita radio dibuat untuk "dibacakan" atau disampaikan kepada pendengar, bukan untuk dibaca pendengar. Karenanya, saat naskah "dibaca", harus terdengar seperti percakapan (spoken-reading).

          Untuk itu, naskah berita radio (news script) harus menggunakan bahasa tutur plus Sign Posting --tanda-tanda khusus untuk panduan penyampaian naskah di ruang siaran (on air), seperti tanda jeda (/), akhir kalimat (//), dan mengatur pacing (dash).

          Speaking Skills
          Berbeda dengan jurnalis media cetak dan online, jurnalis radio wajib memiliki "suara standar" dan audible yang bisa dibentuk dengan latihan teknik pernafasan dan teknik vokal.

          Hal itu karena reporter radio kerap menyajikan laporannya secara langsung (live) berupa suara atau kutipan wawancara berupa potongan suara tanya-jawab dengan narasumber (sound bite).

          Jurnalis radio juga wajib menguasa teknik wawancara, terutama wawancara lisan dan/atau wawancara langsung (live on air).

          Prinsip Dasar Jurnalistik Radio: Nonteknis

          Prinsip jurnalistik radio secara teknis membutuhkan keterampilan atau keahlian menulis dan berbicara.

          Secara nonteknis, jurnalis radio wajib mematuhi Kode Etik Jurnalistik dan peraturan perundangan yang berlaku di lembaga penyiaran, termasuk pedoman siaran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

          Dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 & SPS) Bab XVIII Pasal 22 tentang prinsip jurnalistik disebutkan sebagai berikut:
           
          (1)  Lembaga penyiaran wajib menjalankan dan menjunjung tinggi idealisme jurnalistik  yang menyajikan  informasi  untuk  kepentingan  publik  dan pemberdayaan masyarakat, membangun dan menegakkan demokrasi, mencari kebenaran, melakukan koreksi dan kontrol sosial, dan bersikap independen.

          (2)  Lembaga  penyiaran  wajib  menjunjung  tinggi  prinsip-prinsip  jurnalistik, antara  lain:  akurat, berimbang,  adil,  tidak  beritikad  buruk,  tidak menghasut dan menyesatkan, tidak mencampuradukkan fakta dan opini pribadi,  tidak  menonjolkan  unsur  sadistis,  tidak mempertentangkan suku, agama, ras dan antargolongan, serta tidak membuat berita bohong, fitnah, dan cabul.

          (3)  Lembaga  penyiaran  dalam  melaksanakan  kegiatan  jurnalistik  wajib  tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku serta  Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS).

          (4)  Lembaga penyiaran wajib menerapkan prinsip praduga tak bersalah  dalam peliputan dan/atau menyiarkan program siaran jurnalistik.

          (5)  Lembaga penyiaran wajib menjaga independensi dalam proses produksi  program siaran jurnalistik untuk tidak dipengaruhi oleh pihak eksternal  maupun internal termasuk pemodal atau pemilik lembaga penyiaran.

          Demikian Prinsip-Prinsip Jurnalisme Radio atau Dasar-Dasar Jurnalistik Radio yang secara umum dibagi ke dalam di bagian, yakni teknis (skills/expertise) dan non-teknis (knowledge& ethics). Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

          Kelebihan Ngeblog Dibandingkan Facebookan

          blogging vs facebook
          Posting di Blog, lalu share di Facebook & Twitter, lebih baik ketimbang hanya update status atau share langsung. Blogging juga bisa dapet duit lho!

          SAYA jarang banget update status Facebook dan Twitter. Namun, ada yang bilang, saya aktif banget di kedua media sosial itu. Hah?

          O.... saya "difitnah" aktif alias "esksis" karena seringkali ada link posting blog yang "saya share" di Facebook dan Twitter, juga akun medsos lainnya seperti Linkedin.

          Ketahuilah, sesungguhnya share posting berita atau artikel itu kebanyakan dilakukan secara otomatis. Saya hanya update posting di blog, lalu posting itu otomatis muncul di Facebook dan Twitter berkat kebaikan Networkedblogs dan/atau Deliver It.

          Itulah salah satu kelebihan ngeblog (Lengkapnya baca: 20 Manfaat Blogging). Posting di Blog, lalu share di Facebook & Twitter. Itu lebih baik ketimbang hanya update status atau share langsung.

          Anda pun bisa melakukannya. Ketimbang rajin share link berita, yang hanya menguntungkan situs-situs berita tersebut, lebih baik berita itu Anda muat dan ulas (komentari) lebih dulu di blog Anda, lalu share di akun Facebook/Twitter. Dengan begitu, Anda akan lebih "eksis" dan looks more professional!

          Apalagi blogging bisa pasang iklan Google Adsense yang bisa mendatangkan jutaan rupiah. Itu akan mendatangkan passive income. Anda pun bisa menjadi Blogpreneur. Tips & Trik Blogging bisa dilihat di kategori Blogging.

          Kelebihan Ngeblog Dibandingkan Facebookan

          Berikut ini beberapa keutamaan blog dibandingkan Facebook.

          1. Posting di blog lebih mudah ditemukan mesin pencari dan pembaca.
          Jika Anda posting di Facebook, yang baca hanya sekitar 35% dari jumlah teman. Benar, di Facebook minimal akan dapet jempol (like). Bahkan ada 5 jempol dan 5 komentar saja sudah membuat Anda begitu bangga dan bahagia :)

          Pembaca tulisan, foto, video, atau apa pun yang Anda share di blog akan lebih banyak ketimbang jempol & komen di Facebook dengan bantuan mesin pencari seperti Google. Hanya saja, pengguna tampak "malas" kasih komen di blog.

          Posting lama Anda di Facebook harus ditemukan dengan cara "scroll" jauh ke bawah dan makin bawah. Posting lama di blog, juga tulisan dengan topik tertentu, akan mudah ditemukan di Kotak Pencarian ataupun Related Posts, Popular Posts, dan Internal Link serta Navigasi Menu lainnya.

          2. Blogging lebih profesional ketimbang Facebookan

          Blog berfungsi sebagai personal branding, juga unjuk keahlian. Makin banyak share wawasan dan keterampilan, Anda akan makin terpercaya dan orang pun akan datang merekrut, bermitra, atau menyewa Anda.

          3. Koleksi Foto & Video Lebih Tertata
          Anda menemukan foto dan video keren dan bermanfaat? Muat di blog Anda, sebutkan sumber, lalu share ke Facenook.

          Galeri foto, video, produk akan lebih tertata dan lebih mudah dimuat di blog ketimbang hanya share di Facebook/twitter.

          Masih banyak kelebihan ngeblog dibandingkan Facebookan. Ini bukan berarti Anda harus menutup akun FB Anda. Polanya diubah: tulis di blog, muat di blog, baru share ke Facebook!

          Blog vs Facebook untuk Bisnis

          Dalam konteks bisnis, sedikitnya ada 10 alasan mengapa menjalankan bisnis online melalui blog lebih menguntungkan ketimbang di Facebook. Laman Word View Editing menjelaskannya dengan baik lewat infografis berikut ini:

          10 Reasons Business Bloggging is Better Than Facebook

          Tunggu apa lagi? Segera Creat a Blog dan tetap mainkan media sosial Anda. Jadikan blog sebagai "hub" aktivitas internet Anda. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

          Referensi:
          http://wordviewediting.com/10-reasons-business-blogging-is-better-than-facebook-infographic/
          http://www.sproutcontent.com/blog/facebook-versus-blogging-for-your-business
          http://www.gusiff.com/marketing-posts/blogging-vs-social-media-heres-difference/
          http://jalcommunication.com/blog-vs-facebook/ 
          http://blog.prosemedia.com/blogging-vs-social-media-which-takes-center-stage/