Corporate Journalism - Strategi Baru Kehumasan dan Pemasaran

Corporate Journalism
Corporate Journalism (Jurnalistik Korporat/Perusahaan) atau Brand Journalism (Jurnalisme Merek) adalah strategi baru kehumasan dan pemasaran modern. Apa pengertiannya dan bagaimana praktiknya?

SETIAP instansi/perusahaan saat ini memerlukan minimal satu orang jurnalis --karyawan yang memahami dan menguasai jurnalistik.

Sang jurnalis itulah yang menjalankan corporate journalism (jurnalistik korporat) atau brand jornalism (jurnalisme merek) untuk pencitraan, membangun dan menjaga reputasi, kredibilitas, dan mengembangkan pemasaran melalui media.

Pengertian Corporate Journalism

Jurnalistik adalah ilmu, teknik, dan proses peliputan, penulisan, penyuntingan, dan publikasi berita atau informasi aktual melalui media yang menjangkau khalayak banyak. 

Jurnalistik mengajarkan nilai berita, elemen berita, etika pemberitaan, bahasa media (bahasa jurnalistik), angle (point of view, sudut pandang), dan sebagainya hingga menghasilkan produk berita atau tulisan yang menarik, enak dibaca, mudah dipahami, dan "berdampak".

Ketika jurnalistik memasuki wilayah instansi/perusahaan, jadilah ia corporate journalism. Per definisi, corporate journalism --disebut juga "brand journalism" (jurnalisme merek) -- adalah aplikasi skill, pendekatan, dan "mindset" (pola pikir) jurnalisme untuk kepentingan instansi/perusahaan. 

Corporate Journalism mulai populer tahun 2012 ketika CEO & Founder PR Daily, Mark Ragan memperkenalkan konsep brand journalism (jurnalisme merek). Dengan mengombinasikan skill jurnalisme dan brand, konsep ini menjadi trend di antara para pebisnis dalam memperkenalkan merek mereka.

Corporate Journalism (jurnalistik perusahaan) –disebut juga Brand Journalism-- dapat diartikan sebagai aktivitas atau aplikasi jurnalistik di sebuah perusahaan untuk komunikasi pemasaran –promosi dan penjualan produk-- serta publikasi aktivitas perusahaan kepada publik.

Strategi Baru PR/Marketing

Corporate journalism merupakan strategi baru dalam bidang pemasaran sekaligus kehumasan (public relation).

Dengan corporate journalism, sebuah perusahaan tidak hanya memasang iklan atau spanduk untuk berkomunikasi dengan klien atau konsumennya, tapi juga memproduksi sekaligus menyebarkan sendiri berita, artikel, atau feature tentang produk dan aktivitasnya kepada publik melalui media yang mereka miliki.

Situs newsstrategies.com menyebut corporate journalism sebagai “matriks dan mode baru dunia usaha”. "Organisasi besar dan kecil kini tidak lagi mesti bergantung pada media utama untuk mengkomunikasikan (menyebarkan) berita, dengan cara mereka sendiri, secara langsung dan efektif, kepada untuk publik," jelasnya.

"Organizations large and small are finding they can simply bypass mainstream media to communicate their news, in their way, directly and effectively, to their publics.” (newsstrategies.com).

Agar mampu “mengundang” pembaca, menarik pengunjung, sehingga berita yang mereka publikasikan itu dibaca sebanyak mungkin orang, dibutuhkan skills dan kreativitas. Jurnalis perusahaan harus memiliki keterampilan  dan wawasan jurnalistik yang memadai, sebagaimana halnya wartawan profesional.

Laman PR Daily dalam sebuah postingnya, Why brand journalism is the new PR, menyebutkan "brand journalism" (corporate journalism) adalah Humas baru (the new PR) dan lebih efektik ketimbang menebar press releases (siaran pers).

Menurut Lisa Arledge Powell, president of MediaSource, kuncinya adalah memproduksi konten yang benar-benar diinginkan audiens. "Bukan tentang CEO. Bukan tentang merek Anda. Bukan pula tentang apa yang ingin Anda promosikan," katanya.

Sederhananya, jurnalistik korporat membangun reputasi, citra, kredibilitas, dan mempromosikan merek (produk/jasa) "secara tidak langsung" alias secara implisit. 

Corporate Journalism dalam Praktik

Sebuah perusahaan dapat menerbitkan buletin, majalah, atau tabloid untuk menyebarkan beritanya, juga menggunakan "alat komunikasi modern" seperti website/blog dan media sosial.

Harus ada unit atau divisi khusus untuk mengelolanya, termasuk semacam “News Room”. Interaksi dengan publik (klien) akan intensif, seperti menanggapi keluhan, pertanyaan, atau pesanan (order), atau paling tidak "lebih akrab" dengan publik.

Contoh penerapan corporate/brand journalism antara lain situs Coca Cola dan HSBC.

Mari kita simak, kontennya bukan eksplisit promisi, tidak "melulu" beirta internal coca cola dan HSBC, tapi kebanyakan berisi posting menarik tentang "hal lain" yang tetap terkait dengan kedua produk tersebut.

Bandingkan misalnya dengan [maaf ni ya...] situs Telkom yang isinya "melulu" soal telkom dan telkomsel; atau situs PT KAI yang "melulu" berisi info seputar kereta api. Kedua BUMN ini "hanya" menerapkan konsep Corporate Blogging, bukan Corporate/Brand Journalism seperti Coca Cola dan HSBC tadi.

Adakah contoh perusahaan di Indonesia yang menerapkan konsep Corporate/Brand Journalism? Tentu banyak. Saya belum "survei" :)

Tapi setidaknya, sebagai sample, ada Djarum Black (my fav one :) ). Apa konten webnya? Monggo, disimak sendiri ya.... yang jelas bukan ajakan merokok Djarum Black!

Mau contoh konkret lagi? Buka deh DDHK News. Itulah contoh lain penerapan Corporate Journalism, khususnya lembaga nonprofit atau lembaga sosial. Simak isinya, bukan melulu soal Dompet Dhuafa Hong Kong, bahkan "nyaris" tidak ada ajakan "Bayarlah zakat di DDHK!"

Konsep DDHK News adalah "memadukan situs berita dan korporat". Kok saya tahu? Lha.... wong saya "dalangnya", he he... Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

Ilustrasi foto: mediasourcetv.com