SAYA belum mendapatkan hasil survei terbaru soal nasib media radio siaran saat ini. Data-data lama menyebutkan, nasib radio "mengkhawatirkan".
Saya juga sudah dua tahun terakhir ini tidak merasakan "hebohnya" radio siaran karena sudah "gantung mikrofon" alias "pensiun".
Saat menjadi penyiar, dari tahun 2000 hingga 2012, di Radio Antassalam FM hingga Radio Shinta Buana --keduanya kini sudah "almarhum"; Antassalam dijual ke Dahlia dan berubah menjadi Hits Radio; Shinta juga dijual dan berubah menjadi New Shinta-- saya sangat merasakan dunia radio begitu "heboh", rame, dan sangat mengasyikkan --saya pun menulsi buku Jadi Penyiar itu Asyik Lho! (Nuansa, Bandung, 2009).
Kini, setelah tidak lagi aktif sebagai penyiar --tapi masih aktif sebagai pengajar mata kuliah radio dan punya tempat kursus penyiar Batic Broadcast, saya sudah jarang dengerin radio. Paling-paling saat di mobil kalau keluar kota atau saat pertandingan Persib Bandung tidak disiarkan langsung televisi.
Saya yakin, meski cenderung menurun, popularitas radio masih terjaga. Radio masih jaya di udara, meski kejayaannya terus tergerus telebvisi dan media online (internet).
Siapa yang Mendengarkan Radio?
Di posting Jumlah Pendengar Radio Menurun Drastis! saya mengutip data survei Nielsen yang menyebutkan, dibandingkan dengan media lain, 87% penduduk Indonesia menggunakan TV untuk mendapatkan berita, 36% melalui SMS, 11% memperoleh informasi dari radio dan hanya 7% yang masih menggunakan koran/majalah untuk mendapatkan berita.
Artinya, masih ada 11 persen penduduk Indonesia yang aktif mendengarkan radio. Masih jutaan 'kan? Secara gitu... penduduk Indonesia 'kan 250 juta lebih.
Data Nielsen sebelumnya menyebutkan, radio adalah salah satu media yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh 30% dari populasi di 9 kota besar di Indonesia. Mayoritas pendengar radio adalah kaum muda (20-39 tahun), yaitu sebesar 46%. Meski demikian, jam mendengarkan radio di segmen
ini cenderung berkurang. (Sumber)
Lebih ke belakang lagi, ada data survei MARS Indonesia (2010). Acara yang paling banyak menyedot pendengar radio mayoritas adalah musik (82%), lalu berita dan ceramah.
Lebih ke belakang lagi, ada data survei MARS Indonesia (2010). Acara yang paling banyak menyedot pendengar radio mayoritas adalah musik (82%), lalu berita dan ceramah.
Informasi lalu lintas hanya menduduki peringkat kelima, masih kalah dengan acara wawancara dengan narasumber yang berada di peringkat keempat.
Tempat yang paling sering dipakai untuk mendengarkan radio adalah rumah sebagai pilihan utama, lalu kendaraan dan kantor/tempat kerja.
Jadi, nasib media radio saat ini masih "hidup" kok! Cuma memang, "memprihatinkan" karena jumlah pendengarnya cenderung menurun. Diperlukan kreasi dan inovasi program siaran, promosi, juga pengembangan jangkauan siaran dengan Radio Online, Streaming, atau Radio Internet --dikenal dengan sebutan Radio 2.0 atau e-Broadcasting.
Namun, di radio online pun banyak saingan baru, selain sesama radio streaming, yaitu radio-radio online milik pribadi yang dengan mudah lagi gratis, misalnya di My Radio Stream atau Listen 2 My Radio dan lainnya. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Baca Juga: Strategi Program Siaran Radio