Jebakan Klik (Click Bait): Modus Media Online Menarik Pembaca

Click Bait Jebakan Klik
POSTING ini lanjutan posting Modus Media Online: Bikin Judul Penasaran. Dalam literatur jurnalistik dan media online, judul-judul yang "menyimpan rahasia" sehingga bisa membuat penasaran pembaca itu disebut "Jebakan Klik" atau "Umpan Klik" (Click Bait).

Menurut Urban Dictionary, Jebakan Klik adalah link (tautan) yang menarik perhatian mata (eyecatching link) di website yang mendorong orang untuk mengklik dan membacanya.

Jebakan klik ini lazim dilakukan adsense (iklan online) yang didasarkan pada jumlah klik dan pageviews. "Link demikian bukan berita," katanya. Tegasnya, judul berita berupa jebakan klik lebih merupakan iklan ketimbang berita. 

Click Bait: An eyecatching link on a website which encourages people to read on. It is often paid for by the advertiser ("Paid" click bait) or generates income based on the number of clicks.
This is not news, really. It’s click bait, the stuff pageviews are made of.

Dengan demikian, ketika media online atau wartawan menulis judul berita yang bikin penasaran, baik berupa "menyembunyikan isi berita" maupun "menggunakan kalimat tanya", maka sadar atau tidak, mereka sudah terjebak pada modus, strategi, trik, atau model periklanan online.

Kolomnis Yahoo, David Pogue, menyebut Click Bait sebagai "judul penggoda" (teaser headlines). "Clickbait, of course, is a scheme to drive up a website’s traffic. It’s a modern spin on tabloid journalism," tulisnya di Yahoo.

Pada praktiknya, jebakan klik ini dilakukan dengan:
  1. Judul sensasional, layaknya "koran-koran kuning" (yellow papers) atau model jurnalisme got (gutter journalism).
  2. Judul berupa kalimat tanya, misalnya: "Apa Kata Dewi Sandra Soal Fenomena Jilboobs? Ini Jawabannya".
  3. Menggunakan kata "inilah" atau "ini dia". Seperti no 2, jenis judul ini berusaha "menyimpan misteri" yang (mungkin) bisa membuat pembaca penasaran.
  4. Menggunakan kata seru (interjeksi): Wow!, Keren!, Duh!, Astaga!, misalnya: "Kereen! Wali Kota Bandung Resmikan Smart Digital Classroom".

Umumnya, jebakan klik cenderung merupakan penipuan terhadap pembaca atau tidak sesuai dengan harapan dan imajinasi mereka.

“Most clickbait is disappointing because it’s a promise of value that isn’t met — the payoff isn’t nearly as good as what the reader imagines,” Vox Acting Managing Editor, Nilay Patel (Poynter).

Jebakan klik mudah dilakukan karena judul di media online bisa menggunakan anchor teks dan link yang berbeda. Secara "konvensional" pun bisa, di media cetak misalnya, yaitu ketika judul berita tidak mencerminkan isinya. 

Jika judul tak sesuai isi, jelas itu penipuan dan pelanggaran kode etik. Pembaca kecewa. Lebih jauh, kredibilitas media yang memuat berita itu bisa "terjun bebas"! Pasalnya, itu ciri khas yellow journalism dan "guttuer journalism" alias "koran kuning".

Jebakan klik ini disebut "bentuk terendah jurnalisme media sosial".

“Clickbait is the lowest form of social media journalism, full of sensationalized headlines, grumpy cats, and awful personal confessions.” (A History of Clickbait, i09.com)

Faktor pendorong utama maraknya jebakan klik di media online dan media sosial adalah persaingan yang kian ketat antarmedia untuk mendapatkan pembaca/pengunjung. Namun, tentu strategi mengatasi persaingan itu tidak harus menyebabkan media "menghalalkan segala cara".

Harus diingat pula, kredibilitas media online masih belum tegak, utamanya karena aspek akurasi (accuracy), kejujuran (fairness), berimbang (balance), serta verifikasi dan konfirmasi (cek dan ricek). (Baca: Abaikan Verifikasi, Kredibilitas Media Online Rendah). Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

Ilustrasi: brainondigital.com