Jika media online sering membuat judul berita ala status media sosial, maka pembaca bisa menilai media itu main-main atau bahkan wartawan media tersebut tidak memahami kaidah bahasa.
JUDUL-JUDUL berita di media online (situs berita) saat ini terasa begitu "cair", informal, dan "personal". Yang "bablas" juga banyak: judul berita beda ama isinye! Judul "PHP" juga gak kurang banyak. Kirain seheboh judulnya. Taunya biasa aje tuh... Ketipu!!!
Selain itu, hampir tiap hari judul-judul yang menggunakan kata penunjuk "ini" atau "inilah" berserakan di jagat maya. Jadi ingat masa sekolah SD 'kan: ini budi, ini ibu budi, ini bapak budi. Sekarang jadi begini: inilah komentar...., ini dia jawaban...., ini reaksi..., dan sejenisnya.
Rupanya banyak (atau kebanyakan?) wartawan online mengamalkan ilmunya yang didapat waktu duduk di bangku SD. Jadinya, ya itu, menulis judul berita dengan "format" ini budi ini ibu budi.
"Media sosial mempengaruhi bahasa resmi," tulis Akademi BBC. Bahasa informal, percakapan, atau slang, sering muncul di situs berita atau media resmi karena pengaruh percakapan media sosial.
BB mengambil contoh penggunaan kata "kalo" (kalau) dalam judul berita: "Saya ambil cuti kalo nyalon pilgub."
BBC memberi catatan, bila kebiasaan memakai kata semisal kalo dan nyalon diteruskan atau bahkan menjadi kebiasaan, pembaca bisa menganggap media tidak serius atau penulis berita tidak memahami kaidah bahasa. Nah lho!
Sejumlah situs berita Indonesia sering membuat judul ala status media sosial. Akibatnya, seperti diingatkan BBC, pembaca bisa menilai media itu main-main atau bahkan wartawan media tersebut tidak memahami kaidah bahasa sehingga "seenaknya" saja menulis judul berita.
Trends pembuatan judul berita menggunakan kata penunjuk "ini" atau "ini dia" dan kata seru "wow" atau "asyik" merupakan dampak media sosial. (Lihat: Trend Judul Berita Media Online).
Bukan sekadar memengaruhi, media sosial bahkan dinilai sudah mengambilalih industri berita. (How Social Media Is Taking Over the News Industry).
Sebuah studi menunjukkan, publik kini mengandalkan media sosial Facebook atau Twitter sebagai sumber berita. (Facebook Effect on The News).
Dampaknya, kini media online berlomba-lomba merebut perhatian pembaca. Gaya bahasa iklan pun menjadi pilihan sejumlah media dalam menulis judul berita. (Baca: Jebakan Klik (Click Bait): Modus Media Online Menarik Pembaca).
Bahan kajian lebih dalam soal Pengaruh Media Sosial terhadap Praktik Jurnalistik Masa Kini bisa disimak a.l. di link berikut ini:
1. The Impact of Social Media on Journalism Ethics.
2. Journalism in the Age of Social Media.
Btw, judul posting ini, Pengaruh Media Sosial terhadap Praktik Jurnalistik Masa Kini, kaya judul skripsi ya? Boleh tuh.... ambil aja! Wasalam. (www.romelteamedia.com).*