Selamat Tinggal, Oplah! Selamat Datang, Trafik dan... Yellow Journalism!
JURNALISTIK Online --disebut juga jurnalisme siber (cyber journalism), jurnalisme internet (internet journalism), jurnalisme digital (digital journalism), jurnalisme daring, jurnalisme website (web journalism)-- adalah jurnalitik level tertinggi (the highest level of journalism).
Di buku Jurnalistik Online terbitan Nuansa Cendekia, saya menyebut Online Journalism sebagai "jurnalisme generasi ketiga" setelah jurnalistik cetak (printed media) dan jurnalistik elektronik (radio & TV journalism).
Jurnalistik Online bukan saja menyajikan berita atau informasi aktual dalam bentuk teks dan gambar --sebagaimana di media cetak, tapi juga sekaligus bisa menyajikan audio (sound) --sebagaimana jurnalistik radio-- dan "gambar hidup" (video) --sebagaimana jurnalistik TV.
Dengan demikian, jurnalistik online bisa juga disebut sebagai jurnalistik multimedia (multimedia journalism).
Seain itu, produk jurnalistik online yang tersaji di internet juga bisa diakses secara global di seluruh dunia.
Di atas semua kelebihan jurnalistik online, produk jurnalisme level tertinggi ini GRATIS! Pembaca --dalam istilah media online disebut "pengguna" (user) atau "pengunjung" (visitor)-- secara cuma-cuma mendapatkan jutaan informasi aktual dengan membuka internet.
Tidak hanya itu, informasi aktual yang disajikan media online pun "mendatangi" pembaca lewat media sosial seperti Facebook dan Twitter.
SELAMAT TINGGAL, OPLAH! SELAMAT DATANG, TRAFIK!
Jurnalistik online juga mengubah orientasi bisnis media. Dulu, bagian pemasaran (business department) sebuah media fokus ke oplah, yakni jumlah eksemplar penerbitan, agar terjual habis dan kolomnya laku dipasangi iklan,
Kini, oplah tidak lagi populer, apalagi banyak media cetak yang gulung tikar. Sekarang adalah eranya trafik (traffic) alias jumlah kunjungan alias jumlah user yang membuka portal berita (media online).
Media-media online kini berlomba-lomba menarik pengunjung, bukan berlomba meningkatkan "oplah". Maka, istilah Clickbait pun kian populer dan jadi "trending" di kalangan pengelola media. (Baca: Jebakan Klik Modus Media Online Menarik Pembaca).
Trending lainnya, judul-judul berita pun dibuat sedemikian rupa, demi trafik itu, namun banyak juga Judul-Judul Berita Media Online yang Menyebalkan!
KUALITAS & KREDIBILITAS
Yang disayangkan, kualitas berita di era jurnalisti online ini cenderung menurun, baik dari sisi substansi maupun redaksional. Kredibilitas media online pun diragukan.
Semua itu dikarenakan wartawan "terburu-buru" untuk menjadi yang pertama posting berita, didukung fasilitas kemudahan dan bisa edit dan update kapan dan di mana saja. Jika berita keliru, tinggal edit dan jika perlu delete!
Cek dan ricek serta berimbang menjadi kelemahan utama era jurnalistik online. Akibatnya, mayoritas pengaduan masyarakat kepada Dewan Pers pun terkait pemberitaan media online. Mayoritas pengaduan terkait pelanggaran kode etik.
Tidak hanya itu, banyak media online "menganut" mazhab KORAN KUNING! Mereka posting berita berbau "sex and crime". Parahnya, di-share di media sosial sehingga bisa dibaca oleh semua usia! Kumaha yeuh... Dewan Pers!!!
IRONI!
Menurunnya kualitas jurnalistik era media online saat ini menjadi sebuah ironi. Level tertinggi jurnalistik, tapi kualitas pemberitaan menurun ke level "amatir".
Banyak judul berita yang jauuuuuhhhhh dari "teori jurnalistik" tentang judul, mulai judul berita yang bertanya (wartawan kok bertanya ke pembaca!) hingga judul "sensasional" ala koran kuning. Anda bisa mencari sendiri judul-judul berita yang "teu puguh" itu, misalnya di posting "Berita Media Online Kian Menyebalkan" dan "Judul dan Isi Berita Beda". Wasalam. (www.romelteamedia.com).*