Ilustrasi: social media journalism www.mapplinks.com |
Selama 24 jam, tanpa henti, media sosial terus "on" dengan beragam informasi, dari posting "sampah" hingga posting "berlian".
Di posting versi "update" ini, saya menambahkan definisi Jurnalistik Media Sosial sebagai "proses jurnalistik dengan menjadikan media sosial sebagai sumber berita".
Saya sudah menulis soal Jurnalisme Twitter di tempat lain, yaitu pemberitaan yang bersumber kicauan tweeps (pengguna twitter), khususnya selebritas atau public figur. Contohnya berita hasil jurnalisme twitter: Hujan Es di Bandung Timur.
Dengan pengertian jurnalistik media sosial yang baru ini --proses jurnalistik dengan menjadikan media sosial sebagai sumber berita, para wartawan media online melakukan teknik reportase online juga, dengan menelusuri jejaring sosial --facebook, twitter, youtube, instagram, path, dll.-- untuk mencari "sesuatu" yang bernilai berita.
Kita sering membaca berita soal kicauan "oang biasa" hingga Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, pengacara Farhat Abbas, juga mantan Presiden SBY, Presiden Jokowi, dan petinggi negara lainnya. Wartawan "hanya" memberitakan "kicauan" --bisa juga disebut "berita kicauan".
Kita juga kerap disuguhi berita Syahrini soal foto-foto instagramnya.
Saat posting ini dibuat, saya baru saja membaca berita Tribunnews soal video Youtube tentang Video Siswa SD Nyanyi Lagu Parodi Kritik Tayangan Televisi.
Berita tersebut adalah contoh lain "jurnalistik media sosial", tepatnya "jurnalisme youtube", seperti halnya istilah jurnalisme facebook, jurnalisme twitter, jurnalisme instagram, jurnalisme path, dsb.
Kehadiran internet dan situs web memunculkan hal-hal baru di dunia jurnalistik dan media. Bukan saja "New Media" dengan konten multimedianya, tapi juga teknik reportasenya yang membuat wartawan tak perlu "uang transport" untuk menuju lokasi narasumber atau sumber berita.
Wartawan kini, di era jurnalistik media sosial, untuk kepentingan liputan, jelas butuh gadget, "pulsa", atau koneksi internet. Selamat menikmati era jurnalisme media sosial! Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Kehadiran internet dan situs web memunculkan hal-hal baru di dunia jurnalistik dan media. Bukan saja "New Media" dengan konten multimedianya, tapi juga teknik reportasenya yang membuat wartawan tak perlu "uang transport" untuk menuju lokasi narasumber atau sumber berita.
Wartawan kini, di era jurnalistik media sosial, untuk kepentingan liputan, jelas butuh gadget, "pulsa", atau koneksi internet. Selamat menikmati era jurnalisme media sosial! Wasalam. (www.romelteamedia.com).*