Masa Depan Mahasiswa Jurnalistik, Suram?

Masa Depan Mahasiswa Jurnalistik, Suram?
BAGAIMANA masa depan mahasiswa jurnalistik? Apa cerah menjanjikan ataukah "madesu" (masa depan suram)? Itu pertanyaan yang masuk ke email saya hari ini (2/7).

Si penanya, lulusan SMA, suka jurnalistik, suka menulis, dan memilih kuliah jurusan jurnalistik, tapi "galau" soal masa depannya.

Apalagi ia mendengar kabar, banyak wartawan sekarang yang bisa "dibeli" sehinga bisa "diperalat" oleh kelompok kepentingan (interest group) --misalnya partai politik, bahkan "menjual diri" dengan menjadi "pemeras" dan/atau "pengemis". (Baca: Wartawan Gadungan).

Saya tidak langsung menjawab masa depan mahasiswa jurnalistik --tepatnya, alumni atau sarjana ilmu jurnalistik-- itu cerah atau suram. Saya tunjukkan fakta-fakta sebagai berikut:

  1. Bisnis media terus berkembang. Media-media massa baru, terutama media online, terus tumbuh dan itu domainnya alumni jurnalistik. Bahkan, sang alumni jurnalistik bisa membuat dan punya media online sendiri!
  2. Setiap instansi pemerintah, mulai departemen hingga kelurahan, kini punya website lembaga (corporate website), sebagai media komunikasi dan informasi, plus memenuhi kewajiban UU KIP (Keterbukaan Informasi Publik). Ini pun memerlukan alumni jurnalistik atau SDM yang anda di bidang tulis-menulis.
  3. Setiap perusahaan kini juga punya website sebahai "kantor maya" yang buka 24 jam. Di sana ada halaman khusus untuk memuat informasi aktual seputar dinamika perusahaan yang disebut BLOG. (Baca: Corporate Blogging).
  4. Perusahaan yang menerapkan metode baru pemasaran modern bahkan mendirikan media berita sebagai sarana pengembangan sistem pemasaran dan branding. Ini pun domainnya alumni jurnalistik. (Baca: Corporate Journalism).
  5. Setiap instansi/perusahaan juga punya inhouse magazine atau media internal. Siapa lagi yang mengelolanya jika bukan staf atau karyawan yang "melek jurnalistik"?
  6. Praktisi humas atau public relations wajib bisa menulis. Banyak divisi humas yang belum memiliki SDM atau staf yang piawai menulis. Ini pun peluang bagi para alumni jurnalistik.
  7. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, blogging is business. Ruh blogging adalah menulis konten berkualitas. Alumni bahkan mahasiswa jurnalistik bisa menekuni dunia blogging dan make money online dengan ngeblog.
  8. Keterampilan jurnalistik (menulis) adalah skill inti profesi penulis. Alumni jurnalistik juga bisa menjadi penulis produktif, baik menulis artikel opini ataupun buku.
Anda bisa menyimpulkan sendiri, dengan ke-8 fakta di atas, bagaimana gambaran masa depan mahasiswa jurnalistik. Belum lagi profesi sebagai dosen jurnalistik, trainer menulis, atau pemateri pelatihan jurnalistik. 

So, wahai mahasiswa jurnalistik, adakah alasan untuk "galau" tentang masa depan Anda? Yang penting sekarang adalah rajin belajar, rajin kuliah dan mengerjakan tugas, bekali diri dengan ilmu dan skill, banyak baca, latihan, dan... hormati guru atau dosenmu! 

Alumni jurnalistik tidak mesti selalu menjadi wartawan atau reporter. Apa pun profesimu nanti, keterampilan jurnalistik tetap akan bermanfaat bagi diri sendiri dan lembaga tempat Anda bekerja. 

Lebih jauh lagi, tulis-menulis (jurnalistik) adalah budaya luhur para ulama dan cendekiawan yang telah melahirkan berjuta kitab atau buku ilmu pengetahuan, penerang jalan hidup generasi saat ini dan masa depan. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*