Jangan main-main dengan media sosial juga bisa berarti jangan abaikan kekuatan media sosial, jangan merasa tidak butuh.
Data Infografis yang saya "comot" dari Media Bistro ini menunjukkan betapa media sosial menjadi kekuatan baru di era internet ini. Jutaan info berupa teks, gambar, audio, dan video atau gabungannya (multimedia) berseliweran di jagat maya.
Media sosial terpopuler di dunia ada 7:
- Google Plus
- Youtube
Ada sudah punya semua akunnya? Kalau belum, bikin! Gratis kok!
Data ini menunjukkan, pengguna Facebook sudah mencapai angka 1,2 miliar lebih!
Pengguna twitter 645 juta lebih. Pinterest 70 juta. Linkedin 277 juta. Instagram 150 juta.
Google Plus 300 juta pengguna dan pengunjung Youtube mencapai 1 miliar lebih per bulan! Wow!
Apa pun yang diposting, diupload, atau dishate di media sosial, mencerminkan sikap, pemikiran, dan kepribadian pemilik akun (user). Dengan siapa dia berteman, juga bisa mencerminkan kepribadiannya.
Keberadaan media sosial dan blog menjadikan semua orang kini bukan saja menjadi user (pengguna), visitor (pengunjung), atau reader (pembaca), tapi juga menjadi publisher, layaknya wartawan atau pengelola media.
Tidak ada seleksi di dunia maya tentang siapa saja yang boleh menulis atau mempublikasikan pemikiran dan ide-idenya.
Orang awam sekalipun, asalkan punya akses internet dan bisa "main" media sosial dan blog, kini bisa "berbicara kepada dunia".
Ada benarnya juga pendapat yang mengatakan, di dunia maya itu banyak "sampah", yakni informasi yang gak jelas asal-usul dan kebenarannya.
Banyak juga sampah berupa "sumpah-serapah" dan "konten dewasa". Belum lagi para 4l4y yang l3b4y turut menjadi pubslisher dengan nama-nama online yang kadang "sangat lucu", seperti aquhchelalu m3rindhumuh dan sejenisnya.
Banyaknya sampah inilah yang mendorong mesin pencari utama dunia, Google, terus memperbaiki (update) algoritmanya untuk menyeleksi konten yang berkualitas dan bukan sampah (spam).
Media sosial sulit dibendung. Jutaan pengguna kini aktif menjadi publisher atau sekadar share dan komentar.
Dimungkinkannya "nama alias", nama palsu, bahkan anonim menjadi user, publisher, dan komentator adalah faktor utama keberanian orang berbicara dan berkomentar dengan bebas, tanpa batas.
Ekses kebebasan di dunia maya salah satunya adalah bermunculannya berita palsu yang dikenal dengan Hoax.
Kode Etik Media Sosial
Adakah kode etik bermain di media sosial? Ada, disebut netiket (netiquette), etika internet.Intinya, netiket mengajarkan user agar berperilaku baik, tidak mengganggu, tidak menyakiti orang lain.
Salah satu rujukan etika komunikasi di internet (cyberspace) adalah artikel Virginia Shea (Netiquette, by Virginia Shea, published by Albion Books, San Francisco (info@albion.com). ©1994 Virginia Shea) berjudul The Core Rule of Netiquette.
Shea memberikan 10 peraturan ketika berinteraksi di dunia maya. Intinya sama dengan etika komunikasi dalam dunia nyata, seperti jangan menyakiti, jangan menyinggung perasaan, berbicara efektif, jangan sungkan minta maaf jika keliru, dan sebagainya.
Indonesia juga sudah punya aturan, yaitu Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan Pedoman Pemberitaan Media Siber (PPMS). Sudah banyak lho yang dijerat UU ITE. Makanya, jangan main-main dengan media sosial.... Wasalam. (www.romelteamedia.com).*