Hasil Pilpres 2014 dan Teori Jarum Suntik

Teori Jarum Suntik
AKADEMISI dan praktisi komunikasi media tidak asing lagi dengan istilah "teori jarum suntik" (Hypodermic Needle Theory), sebuah teori dampak media (media impact) yang menegaskan betapa pemberitaan media mempengaruhi perilaku publik atau pembaca.

Yang dianggap penting oleh media, dianggap penting pula oleh publik. Yang dianggap benar oleh media, dianggap benar pula oleh publik. Dari sana, muncul pula teori Agenda Media Setting, sebuah teori yang juga menegaskan pengaruh media terhadap pemikiran dan perilaku publik.

Lembaga-lembaga survei melalui survei, exit poll, dan quick count (hitung cepat) merupakan "narasumber utama" pemberitaan media selama Pilpres 2014. Hasil-hasil survei, disengaja atau tidak, berusaha menggiring dan membentuk opini publik. 

Media-media yang mendukung capres tertentu, juga menerapkan teori jarum suntik ini. Maka, jika Anda pendukung Jokowi, Anda akan nyaman nonton Metro TV dan membaca harian Media Indonesia. Jika Anda pro-Prabowo, Anda akan nyaman nonton TV One, juga senang membaca berita-berita pilpres di Viva News dan Inilah.

Usai pencoblosan 9 Juli lalu, publik juga digiring untuk percaya pada survei-survei yang "kebetulan" berbeda. Jokowi menang, kata Metro TV. Prabowo menang, kata TV One. Kubu Jokowi pun mendeklarasikan diri sebagai pemenang, demikian pula kubu Prabowo. KPU dalam tekanan!

Kantor berita Associated Press (AP), sebagaimana diberitakan laman ABC News Australia, menyebut "Indonesia mengalami deadlock" dan kemungkinan presiden baru Indonesia ditentukan oleh Mahkamah Konstitusi. (Baca: Indonesia Deadlock: Court May Decide New President).

Usai saling klaim menang versi hitung cepat (quick count), kedua kubu juga saling klaim menang versi Real Count atau hitung manual. Melalui "corong media" masing-masing, kedua kubu juga menerapkan teori jarum suntik.

Pengertian Teori Jarum Suntik

Teori jarum suntik disebut juga "teori peluru" (Magic Bullet Theory). Pemberitaan media diibaratkan peluru yang memberondong publik sehingga publik "tidak berdaya" dan menerima "kebenaran" informasi yang "ditembakkan" kepada mereka.

Berbagai literatur komunikasi menjelaskan, Teori Jarum Suntik menganggap media massa memiliki kemampuan penuh dalam mempengaruhi publik atau seseorang. Publik dianggap pasif terhadap pesan media yang disampaikan. 

Laman Wikipedia memberikan contoh, perang antara Amerika Serikat dengan Spanyol tahun 1898 merupakan dampak media atau bukti kebenaran teori ini.

Disebutkan, perang itu merupakan kejadian yang didorong oleh koran yang diterbitkan oleh William Randolph Hearst. Koran tersebut memberitakan tenggelamnya kapal perang Amerika Serikat, Maine, di Havana Harbor, merupakan ulah tentara Spanyol dengan sangat besar dan terkesan berlebihan sehingga perang pun tidak dapat terhindarkan. (Belakangan diketahui, tenggelamnya kapal perang Amerika Serikat tersebut bukanlah karena serangan tentara Spanyol). 

Contoh lainnya adalah pemberitaan pidato pemimpin Nazi, Adolf Hitler, melalui radio publik yang akhirnya menjadi faktor vital memulai Holocaust di Perang Dunia II. 

Intinya, Teori Jarum Suntik menjelaskan bagaimana persuasi yang datang dari media memegang peran sangat penting dalam mengubah cara berpikir dan bertindak. 

Berdasarkan teori jarum suntik pula, "politik pencitraan" melalui media umumnya menuai hasil.

Kita akan lihat bagaimana "keampuhan" teori jarum suntik ini terhadap hasil akhir Pilpres 2014, apakah berbuah deadlock sebagaimana "diramalkan" AP atau bahkan ada Pilpres ulang? Semoga penetapan KPU 22 Juli 2014 berjalan mulus, jangan ribut deh.... capek tau! Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

Literatur Teori Jarum Suntik:
  • Denis McQuail, Mass Communication Theory (Teori Komunikasi Massa), Erlangga, 1987.
  • Nurudin, Komunikasi Massa, CESPUR, Malang, September 2003
  • William R. Rivers at.al., Media Massa dan Masyarakat Modern: Edisi Kedua, Prenada Media, Jakarta, 2003.
  • Winarni, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, UMM Press, 2003.
  • http://www.slideshare.net/KleanthisSotiriou/hypodermic-needle-theory-11056271
Ilustrasi: lessonbucket.com