Posting ini merupakan bentuk apresiasi, dukungan, dan kegembiraan saya akan adanya gerakan tersebut.
Saya baru tahu ada Gerakan Santri Menulis, mungkin karena saya "kurang baca" berita.
Yang bikin saya kaget, ternyata Gerakan Santri Menulis ini sudah yang ke-21 kali! Ditulis dalam berita itu: "...Gerakan Santri Menulis tahun ini telah memasuki tahun ke-21 lho."
Pertanyaan saya, di mana saya bisa membaca tulisan para santri itu? Sudah tahun ke-21 lho... pastinya sudah banyak bingit tulisan para santri itu.
Saya yakin, tulisan mereka "bergizi". Secara, sehari-hari 'kan para santri itu "menyantap" ilmu agama (Islam) dari kitab-kitab kuning dan diajarkan langsung oleh para ahli (ulama/kyai).
Kita berharap, para santri itu "keep writing" menyebarkan ilmu agama, menjadi jurnalis Muslim yang memerankan muaddib (pendidik Islami), musaddid (pelurus info Islam), muwahid (pemersatu umat), mujaddid (pembaharu atau "corong" pembaharuan pemahaman Islam), dan mujahid (pejuang Islam di medan perang informasi/media).
Semoga para instruktur pemateri Gerakan Santri Menulis tidak hanya membekali para santri dengan teknik menulis, tapi juga mengajarkan BLOGGING sebagai sarana terbaik dan termudah saat ini untuk mengasah keterampilan menulis.
Para santri tidak hanya mengandalkan media-media mainstream ataupun media internal pesantren untuk menyebarluaskan karya tulisnya, tapi juga publikasi tulisannya di blog pribadi mereka dan di blog atau situs web pesantrennya.
Bayangkan, betapa "ramai" ilmu-ilmu Islam dari dunia pesantren "berseliweran" di jagat maya (internet) dan/atau blogosphere (personal websites and blogs collectively).
Menyebut nama "santri", kita tentu ingat lagu qashidah Kota Santri yang menggambarkan suasana di kota santri, asyik senangkan hati, belajar ilmu agama, bermanfaat dunia akhirat. "Duha ayah ibu, berikanlah izin daku/ untuk menuntut ilmu/ pergi ke rumah guru/ mondok di kota santri... ila akhiri lirik lagu".
I said, Gerakan Santri Menulis is Great Idea! Pasalnya, salah satu khazanah budaya ulama yang terlupakan adalah budaya menulis. Bukankah kitab-kitab kuning itu ada karena para ulama dulu suka menulis?
Bukankah Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Arba'in Nawawi, Safinatun Naja', Jurumiyah, Riyadhush Shalihin, Fiqhud Da'wah, Fiqhus Sunnah, Alfiyah, Ta'limul Muta'allim, dan banyak lagi kitab itu merupakah produk menulis para ulama dulu?
Gerakan Santri Menulis, saya harap, meluas ke semua kalangan santri, guna meneruskan atau mewarisi tradisi menulis para ulama. Menulis itu akan membuat ilmu jadi "abadi", demikian juga penulisnya.
Menulis itu mengingat ilmu. Nabi Muhammad Saw juga memerintahkan kaum Muslim "qayyidul 'ilma bil kitabah" (ikatlah ilmu dengan tulisan). Banyak sekali manfaat menulis: sedekah ilmu, amal jariyah, dakwah, menebar inspirasi, motivasi, dll.
Ayo, santriawan santriawati, just write, keep writing, go blogging! Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Foto: suaramerdeka.com