Jurnalistik di Era Media Sosial

Jurnalistik di Era Media Sosial
Perkembangan media sosial mengharuskan wartawan tidak hanya bisa menulis, tapi juga keterampilan multimedia.

JURNALISTIK hadir sejak kemunculan media massa pertama di dunia, Acta Diurna. Media sosial hadir sejak dunia memasuki era internet dan kemunculan situs-situs jejaring sosial, khususnya Facebook dan Twitter --dua media sosial terpopuler di dunia.

Jurnalistik adalah ilmu, proses, dan teknik penyampaian informasi aktual melalui media massa. Media sosial adalah saluran interaksi atau pergaulan sosial secara online.

“Social media is a term used to describe the type of media that is based on conversation and interactionbetween people online. Social media are media designed to be disseminated through social interaction,usinghighly accessible and scalable publishing techniques.” - Wikipedia
Media sosial bukan hanya sarana ngobrol dan pertemanan, tapi juga sarana berbagai dan penyebarluasan informasi multimedia --teks, audio, video, gambar, infografis. (Baca: Pengertian & Jenis Media Sosial)

Media sosial Twitter bahkan bisa menjadi sarana "siaran langsung" atau "laporan langsung" jalannya sebuah pertandingan atau acara. Dikenal dengan istilah "live text report". Akun-akun twiter resmi klub sepakbola seperti @manutd (akun resmi Manchester United) secara rutin melakukan "siaran langsung berupa teks dan gambar" jalannya pertandingan MU.

Wartawan yang tidak meliput langsung jalannya laga, tidak menonton siaran langsungnya di televisi, bisa menjadikan "live text" itu sebagai sumber dan bahan berita.

Media sosial menumbuhkembangkan konsep jurnalisme warga (citizen journalist). Setiap orang kini bisa berperan sebagai wartawan yang memproduksi dan menyebarluaskan informasi aktual.

Baca Juga:
Media-media mainstream juga sudah terbiasa menjadikan status update di media sosial sebagai sumber dan bahan berita.

Reuters Institute dalam kajian tentang Journalism in the Social Media Age menyebutkan Twitter sebagai "news media outlet of the future", outlet media berita masa depan.

Namun, Kepala Biro Agence France Presse (AFP) Singapore, Roberto Coloma, mengingatkan, risiko utama menggunakan sosial media sebagai sumber berita adalah akurasi.

"The main risk of using social media for news gathering is accuracy. As for news distribution, you lose control over your information with each layer of transmission, as people condense, distort, interpret and comment on variations of the original report,” katanya.

Perkembangan pesat media sosial menjadikan keterampilan jurnalis saat ini bukan hanya bisa menulis berita atau memotret, tapi juga kemampuan multimedia.

Reuter Institute menyebutkan skill yang harus dikuasai wartawan saat ini dan masa depan adalah:
  • Multimedia (photos,graphics,video) 
  • Adobe Flash (graphics software) 
  • Video editing ( Adobe premiere, Apple Pro) 
  • Digital Narratives (Constructing stories with infographics) 
  • Journalists will have to learn to work with an info-graphics team or a news visual design team to reinvent how to tell stories in digital platforms.
Demikian ulasan ringkas nan tidak rapi tentang jurnalistik di era media sosial. Wasalam. (http://www.romelteamedia.com).*

Selengkapnya: Journalism in the Age of Social Media

Referensi lainnya: