MENULIS untuk media digital (media online) berbeda dengan menulis untuk media "konvensional" (cetak). Perbedaan ini terutama disebabkan karena perbedaan medium dan cara atau kebiasaan pembaca online (reading habit).
Media digital secara fisik berupa layar (screen) monitor. Cara membaca tulisan di website sangat berbeda dengan cara membaca media cetak (koran), menonton televisi, atau mendengarkan radio.
Menurut Paul Bradshaw, seorang visiting Professor di City University's School of Journalism London, mengutip hasil studi Jakob Nielsen dari NN Group, kecepatan membaca di media online 25% lebih lambat daripada di media cetak.
Hal itu karena layar komputer atau SmartPhone (HP) memiliki resolusi yang jauh lebih rendah dibandingkan media cetak: 72 dots di setiap inci persegi dibandingkan dengan sekitar 150-300 di koran dan majalah.
Baca juga: 5 Prinsip dan Cara Menulis di Media Online
Perbedaan medium dan cara membaca itulah yang mendorong para ahli, terutama Jakob Nielsen dkk. di NN Group, merumuskan strategi komunikasi atau cara penulisan yang cocok untuk media digital.
Apalagi saat ini penggunaan mobile devices (Smartphone) terus meningkat untuk mengakses internet. Google bahkan memberlakukan algoritma terbaru untuk mengindeks dan memeringkat situs web di hasil pencarian, yakni Mobilegeddon.
Riset web usability menunjukkan orang sat ini membaca teks di layar yang kecil, termasuk smartphone dan tablet.
Membaca teks di media online juga bukan membaca dalam pengertian membaca di media cetak (to read), tapi lebih memindai (to scan, to skim). Mata pembaca "menyapu" lebih dilu tampilan teks dan akan memilih yang paling menarik untuk dibaca.
5 Tips Dasar Menulis untuk Media Digital
Berikut ini lima tips menulis di media online sebagaimana dirangkum laman International Journalists' Network dalam Five Basic Writing Tips for Digital Media. Tips ini bagian dari konsep jurnalistik online.1. Jelas dan Ringkas
Clear and concise writing. Ini terkait kebiasaan user yang ingin mendapatkan informasi secara cepat dan kecepatan yang lebih rendah dalam membaca online.
- Sederhana dan lugas (simple & direct style) akan lebih baik untuk tulisan online.
- Kalimat dan alinea hendaknya pendek --paling banyak tiga hingga lima kalimat per alinea.
- Gunakan spasi (jarak) antar-alinea.
- Gunakan kata kerja aktif, hindari kalimat pasif.
2. Lebih ringkas lebih baik di media online.
Shorter is better online. Ruang media online memang unlimited, tidak seperti koran yang dibatasi ukuran dan jumlah halaman kertas atau radio/TV yang dibatasi durasi. Namun, tulisan yang panjang secara umum tidak cocok untuk pembaca web. Kebanyakan hasil studi menunjukkan, sebaiknya tulisan online tidak lebih dari 800 kata.
3. Judul (Headline)
Untuk media online, judul akan lebih efektif jika berupa judul yang langsung atau lugas (straightforward headlines). Pengguna internet ingin mendapatkan informasi secara cepat.
Judul tulisan atau judul berita yang mengaburkan isi atau membuat pembaca menebak topik cerita tidak akan membuat mereka meng-klik tautan judul untuk membacanya.
Internet users want to get information fast. Headlines that leave them guessing about the topic of a story do not entice them to click through to read the rest of it.
Pengguna internet sering menggunakan mesin pencari untuk menemukan info yang diinginkan atau dibutuhka. Judul yang tidak memasukkan kata kunci (keywords) yang berkaitan dengan topik tidak akan diindeks oleh mesin pencari.
4. Subjudul (Subheads)
Penulisan subjudul akan membuat naskah tulisan lebih menarik, mudah dibaca, dan mudah dipahami. Subjudul memberi panduan bagi pembaca tentang isi tulisan berikutnya.
5. Daftar Point
Daftar rincian poin penting merupakan cara efektif lain untuk memecah naskah panjang dan membuat tulisan lebih menarik dan lebih mudah dibaca. "Bullet points and lists" ini bisa dibuat di tubuh naskah atau di awal untuk highlight poin terpenting dalam laporan.
Situs berita CNN melakukan hal ini secara rutin dengan membuat "Story Highlights" di bagian awal berita: